Alasan Tupperware Jadi Favorit Emak-Emak: Awet, Bisa Dicicil, Ikut Kebiasaan Ibu
Ekonomi dan bisnis | 14 April 2023, 16:13 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Perusahaan induk Tupperware di Amerika Serikat sedang dilanda kesulitan.
Penjualannya yang menurun berdampak pada kinerja keuangan, membuat perusahaan kesulitan membayar utang.
Termasuk membuat harga sahamnya anjlok hingga perusahaan terpaksa menjual sejumlah aset yang dimilikinya.
Namun, kondisi tersebut tidak berdampak pada Tupperware Indonesia.
Marketing Director Tupperware Indonesia Frangky Purnomo Angelo mengatakan, Tupperware Indonesia dalam keadaan baik-baik saja.
"Tupperware Indonesia dalam keadaan baik-baik saja, tetap beroperasi seperti biasanya, dan tetap memberikan pelayanan kepada konsumen serta para member-nya di Indonesia
Supply product, layanan garansi seumur hidup, serta inovasi produk terbaru tetap berjalan sesuai rencana," kata Frangky dalam keterangan tertulisnya kepada awak media, Kamis (13/4/2023).
Di Indonesia, Tupperware bisa dibilang menjadi brand wadah makanan favorit masyarakat, terutama para ibu atau emak-emak.
Bahkan banyak candaan yang menyebut, "emak-emak lebih sayang Tupperware dibanding anak sendiri."
Ani (60), seorang ibu rumah tangga dengan dua anak mengaku memilih Tupperware untuk berbagai keperluan karena kualitasnya bagus.
Baca Juga: Sedih Bun, Tupperware Mau Bangkrut Karena Penjualan Merosot
Menurutnya, Tupperware tidak berbau khusus layaknya produk plastik lainnya.
"Bagus, enggak bau. Tapi mahal sih, tapi kan belinya bisa dicicil, ada agennya kan," kata Ani kepada Kompas TV, Jumat (14/4).
Ada juga ibu muda bernama Eli (34), yang menggunakan produk Tupperware bukan hanya untuk toples kue tapi juga piring dan mangkok yang ia gunakan untuk makan sehari-hari.
"Desainnya itu simpel, harganya menurutku masih terjangkau dan awet," ujar Eli.
Ia mengaku, memilih Tupperware karena terbiasa melihat ibunya menggunakan produk yang sama.
"Dari kecil tuh kan kita terbiasa lihat nyokap kalau buat kotak-kotak bekal dan penyimpanan makanan pakai Tupperware. Aku jadi ikut-ikutan," tuturnya.
Pada awal peredarannya, Tupperware dijual secara ekslusif lewat metode Tupperware Home Party oleh agen penjual. Dimana agen tersebut mengumpulkan konsumennya di salah satu rumah pembeli, lalu menjajakan Tupperware.
Baca Juga: Ingin Gadaikan Barang untuk Keperluan Lebaran? Simak Tips Pilih Rumah Gadai yang Legal
Kini, produk itu bisa lebih mudah ditemui. Seperti pengakuan Dini (36), yang kerap membeli Tupperware di event Car Free Day di kotanya.
Dini paling suka produk tersebut tidak pecah jika terjatuh.
"Kalau jatuh enggak pecah, pernah beli produk sejenis tapi lebih mahal, pas jatuh malah pecah. Terus ukurannya banyak. Tapi kekurangannya kalau tipe-tipe tertentu susah menutupnya dan plastiknya gampang buram," ungkapnya.
Tupperware didirikan di Amerika Serikat oleh Earl Silas Tupper. Saat berusia 21 tahun atau pada 1928, Tupper bergabung dengan sebuah perusahaan yang berbasis inovasi.
Di perusahaan itu ia melakukan riset dan berhasil menemukan metode untuk memurnikan ampas biji hitam polyethylene (bahan dasar pembuat plastik) menjadi plastik yang fleksibel, kuat, tidak berminyak, bening, aman, ringan, dan tidak berbau.
Pada 1938, Tupper mendirikan usaha plastik miliknya sendiri, Earl S Tupper Company dan mematenkan produknya dengan nama Poly-T.
Baca Juga: Kehabisan Penukaran Uang di Bank? Coba di Kas Keliling BI, Daftar Online Dulu di Aplikasi PINTAR
Pada 1946, Tupper turut memeriahkan pasar Amerika yang kembali bergairah pasca Perang Dunia II, dengan meluncurkan produk pertamanya yaitu wadah penyimpan makanan Wonderlier Bowl dan Bell Tumbler dengan merek Tupperware.
Mengutip laman resminya, saat ini Tupperware Indonesia memiliki lebih dari 150.000 tenaga penjual independen dengan 203 lokasi kantor penjualan.
Penulis : Dina Karina Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV