> >

Esensi Tidur di Bulan Puasa Menurut Imam Al Ghazali

Kalam | 8 April 2022, 12:41 WIB
Ilustrasi tidur, esensi tidur saat puasa di bulan Ramadan menurut Imam Al Ghazali (Sumber: Freepik)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Di bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan berpuasa menahan hawa nafsu termasuk di dalamnya tidak makan dan minum mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Ramadan disebut bulan yang suci karena banyak rahmat dan kemuliaan di dalamnya. Siapa saja yang mengamalkan kebaikan di bulan ini, pahalanya dilipatgandakan oleh Allah.

Tak heran, jika Ramadan sangat dinantikan umat Islam dan setelah tiba mereka berlomba-lomba mengamalkan kebaikan dalam rangka beribadah.

Ada pula salah satu hadis yang sangat populer, menyebutkan jika tidurnya orang yang berpuasa di bulan Ramadan juga bernilai ibadah.

Hadis itu tercantum dalam kitab Syuab al-Iman karya Al-Baihaqi:

"Dari Ibn Mas’ud, ia berkata, Rasulullah bersabda, tidurnya orang berpuasa itu ibadah, nafasnya tasbih, doanya dikabulkan." (HR. Baihaqi)

Baca juga: Jika Lupa Niat, Apakah Puasa Tetap Sah? Ini Penjelasan Beserta Hadisnya

Namun sayang, sebagian umat Islam yang berdalih menggunakan hadis tersebut memaknainya untuk tidur dan bermalas-malasan seharian sambil menunggu waktu berbuka.

Padahal, esensi tidur yang berpahala saat puasa menurut Imam Al Ghazali bukan bukan begitu. Justru hal itu tidak tepat dan tubuh semakin lemas saat bangun.

Dikutip dari dari laman NU, Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya' Ulum Al-Din menjelaskan:

"Sebagian dari etika dalam puasa adalah tidak memperbanyak tidur di siang hari, hingga seseorang merasakan lapar dan haus dan merasakan lemahnya kekuatan, dengan demikian hati akan menjadi jernih, (Ihya’ Ulum al-Din, juz 1, hal. 246).

Dari sini dapat disimpulkan bahwa esensi puasa adalah bagaimana merasakan lapar dan haus, dan menggembleng nafsu hingga mendapatkan kebeningan hati.

Baca juga: Jika Setan Dibelenggu selama Ramadan, Kenapa Manusia Tetap Berbuat Maksiat?

Puasa Ramadan bukanlah waktu untuk bermalas-malasan, apalagi tidur seharian, akan tetapi bulan Ramadan adalah waktu yang tepat untuk beraktivitas mengisi kebaikan, mendekatkan diri kepada Allah, menahan diri dari perbuatan tercela, seperti perkataan buruk, hasud, ghibah, adu domba.

Jika memang tidur adalah satu-satunya solusi untuk menghindari perbuatan buruk, maka tidurnya bernilai ibadah, tapi bukan sebagai alasan untuk tidur seharian penuh, bermalas-malasan, tidak beraktivitas, karena itu semua tidak mencerminkan etika orang berpuasa.

Penulis : Baitur Rohman Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU