Ternyata Ini Faktor Utama yang Menyebabkan Harga Mi Instan Naik
Kebijakan | 10 Agustus 2022, 19:38 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Harga produk mi instan disebut akan mengalami kenaikan hingga tiga kali lipat. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan makanan instan tersebut bisa naik.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan, kenaikan harga mi instan diperkirakan bakal terjadi dalam waktu dekat. Pasalnya, makanan itu memiliki produk utama dari gandum.
"Jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya 3 kali lipat itu, maafkan saya, saya bicara ekstrem saja ini," jelas Syahrul dikutip dari Kompas.com, Rabu (10/8/2022).
Gandum diperkirakan mengalami kenaikan harga karena imbas perang Rusia-Ukraina. Hal tersebut juga menggangu proses impor gandum.
Baca Juga: Beda dari Mentan, Mendag: Harga Mi Instan Tak akan Naik 3 Kali Lipat
Syahrul mengungkapkan, sebanyak 180 juta ton gandum di Ukraina tak bisa keluar dari negara tersebut. Untuk diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara yang bergantung pada impor itu.
Meski gandum masih tersedia, harganya juga dipastikan melonjak karena banyak negara memperebutkannya.
"Ada gandumnya, tetapi harganya akan mahal banget. Sementara kita impor terus ini, kalau saya jelas tidak setuju. Apapun kita makan saja, seperti singkong, sorgum, sagu," ungkap Syahrul.
Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada Catur Sugiyarto juga sependapat terkait perang Rusia-Ukraina yang membawa dampak dari kenaikan harga ini.
Indonesia yang tak memiliki lahan gandum, membuatnya harus bergantung pada impor.
"Karena gandum diimpor masih berupa biji, maka dibangunlah PT Bogasari untuk menggiling (biji gandum) menjadi tepung gandum. Mungkin masyarakat mengira bahwa gandum masih berasal dari Amerika Serikat saja atau tepung gandum disamakan dengan tepung beras, yang praktis ditanam di Indonesia," jelas Catur, dalam wawancaranya dikutip dari Kompas.com pada 21 Juli 2022 silam.
Baca Juga: Harga Mi Instan Bakal Naik, Ini Besaran Kebutuhan Impor Indonesia untuk Gandum
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 mengungkapkan, 25 persen gandum diimpor dari Ukraina. Meski tak sebanyak impor dari Australia, kenaikan harga gandum juga membuat produksi mi instan mengalami peningkatan.
"Mudahnya saja, kalau harga gandum Ukraina naik 20 persen dan kita masih menggunakan 25 persen untuk produk mi, maka berarti biaya produksi naik 5 persen," jelas dia.
Penulis : Danang Suryo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas.com