> >

Setelah Ekspor Jagung Ditolak, Harga di Tingkat Petani Membaik, Semua Untung

Ekonomi dan bisnis | 7 Juni 2022, 10:27 WIB
Ilustrasi - Rata-rata harga serapan jagung petani di NTB saat ini di atas Rp4.000 per kilogram.  (Sumber: Kompas.tv/Ant)

MATARAM, KOMPAS.TV – Rata-rata serapan jagung di Nusa Tenggara Barat mulai membaik setelah sebelumnya anjlok.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Fathul Gani menyebutkan, rata-rata harga serapan jagung petani di NTB saat ini di atas Rp4.000 per kilogram.

“Harga tersebut dinilai sudah memberi keuntungan bagi petani, terlebih harga serapan itu jauh di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp3.150 per kilogram," katanya di Mataram, Senin (7/6/2022).

Diketahui, saat ini sejumlah perusahaan sedang melakukan pembelian di lapangan dengan harga di atas Rp 4.000 per kilogram. "Jadi, meskipun usulan ekspor ditolak oleh pemerintah pusat, namun penyerapan komoditas jagung petani dipastikan lancar," sambungnya.

Fathul menyebutkan harga jagung di gudang PT Seger saat ini mencapai Rp 4.200 per kilogram, UD Subur Sumbawa Rp 4.250 per kilogram, UD Pemuda Kreatif di Kabupaten Bima Rp4.400 per kilogram, dan perusahaan di Kabupaten Dompu Rp4.200 per kilogram.

"Itu artinya dengan posisi harga Rp4000-an itu sebenarnya sudah visible sekali. Semua pihak diuntungkan, baik petani jagung maupun perusahaan yang menggunakan bahan baku dari jagung," terang Fathul.

Baca Juga: Harga Jagung Pakan Melambung, Bulog Turun Tangan Salurkan Sesuai HAP ke Peternak

Perum Bulog ikut serap jagung petani

Selain perusahaan swasta yang melakukan pembelian jagung petani, Perum Bulog NTB juga memiliki penugasan untuk menyerap jagung petani di atas Rp 4.000 per kilogram dengan target sekitar 5.000 ton tahun ini bahkan lebih.

"Bulog secara tahunan memang melakukan itu. Kalau masalah progres pembelian, nanti saya koordinasi dengan Pimpinan Wilayah Bulog, sudah berapa persen realisasinya. Cuma harapan kita, petani jangan buru-buru jual jagung, namun paling tidak proses pasca-panen harus dibenahi," tuturnya.

Fathul menilai, dengan sedikit menunda penjualan, maka kadar air jagung di kisaran 14 - 14 persen akan membuat harga jagung lebih tinggi.

"Menunda dalam artian petani memiliki proses penyimpanan yang baik, misalnya memiliki gudang dengan kapasitas lima sampai 10 ton kan. Artinya tidak buru-buru, begitu panen langsung dijual. Para pengusaha juga terkadang melihat kadang air jagung," ujar Fathul.

Semula, Pemprov NTB mengusulkan ekspor jagung untuk menormalkan harga jagung di dalam daerah yang sempat turun di kisaran Rp3.000-an per kilogram. Namun, usulan ekspor itu ditolak dengan alasan untuk memperkuat kebutuhan jagung di dalam negeri.

"Karena jika komoditas jagung dipaksakan keluar, maka akan mengganggu pangsa pasar di dalam negeri. Itu yang disampaikan pusat kepada kita," jelas Fathul.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Antara


TERBARU