> >

Mendag Lutfi Sebut El Nina Jadi Penyebab Harga Kedelai Naik

Ekonomi dan bisnis | 18 Februari 2022, 10:21 WIB
Foto ilustrasi sejumlah perempuan tengah mengolah kedelai. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebut harga kedelai naik lantaran adanya badai El Nina.  (Sumber: KOMPAS.COM/DEWANTORO)

MAKASSAR, KOMPAS.TV- Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyatakan, ada sejumlah hal yang menyebabkan naiknya harga kedelai di Indonesia. Salah satunya karena badai El Nina di kawasan Amerika Selatan.

"Jadi permasalahan kedelai di Indonesia yang harganya belakangan ini naik karena adanya beberapa permasalahan dan terjadinya El Nina di Argentina," kata Lutfi saat sidak ke pasar tradisional di Makassar, Kamis (17/2/2022).

Selain karena faktor badai El Nina, permintaan dari China juga meningkat menjadi penyebab lain naiknya harga kedelai di Tanah Air.

Lutfi menyebut, China memerlukan kedelai dalam jumlah besar untuk pakan 5 miliar ekor ternak. Sedangkan di Indonesia, kedelai menjadi bahan baku tahu tempe.

Akibat El Nina, harga kedelai per gantang kini menjadi 18 dollar AS per gantang, dari sebelumnya 12 dollar AS.

Baca Juga: Harga Kedelai Naik, Produsen Kurangi Ukuran Tempe

"Di Cina itu, awalnya peternakan babi di sana tidak makan kedelai, tapi sekarang makan kedelai. Apalagi baru-baru ini ada 5 miliar babi di peternakan Cina itu makan kedelai," ujar Lutfi.

"Sekarang ini kami sedang menyiapkan mitigasinya dan kesempatan pertama minggu depan akan kami umumkan kebijakannya seperti apa," tambahnya.

Menurut Lutfi, Indonesia memerlukan kedelai sebesar 3 juta ton setiap tahunnya. Sedangkan pasokan dalam negeri hanya mencukupi tidak sampai 5 persen kebutuhan itu. Yaitu sekitar 500.000 hingga 750.000 per tahunnya.

Oleh karena itu, pemerintah pun memilih mengimpor kedelai untuk menutupi kebutuhan nasional.

Baca Juga: Harga Kedelai Naik karena Ketergantungan Impor, YLKI: Pemerintah Kurang Perhatian ke Produksi Lokal

Sementara itu, Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nisrina Nafisah mengatakan, Indonesia jangan hanya tergantung pada sejumlah negara pengimpor kedelai.

Sehingga pemerintah harus segera mendiversifikasi negara pemasok kedelai, untuk mengurangi dampak kenaikan harga dan menjaga stabilitas pasokan dan harga kedelai dalam negeri.

"Pemerintah perlu mendiversifikasi sumber impor agar harga dan jumlah pasokan kedelai dalam negeri stabil. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi kedelai terbesar kedua di dunia setelah China," tutur Nisrina lewat keterangan tertulisnya, dikutip Jumat (18/2).

Ia menyatakan, Indonesia meningkatkan impornya dari Brasil dan Argentina. Lantaran produksi kedelai di kedua negara tersebut masing-masing 140 juta ton dan 50 juta ton setiap tahunnya.

Baca Juga: Harga Kedelai Melejit, Produsen Tahu Menjerit

Jumlah itu tidak sampai satu persen total impor kedelai Indonesia setiap tahunnya. Bahkan, Indonesia tidak mengimpor kedelai dari kedua negara itu di 2020. Selama ini, Indonesia banyak mengimpor dari Amerika Serikat.

Selain Brazil dan Argentina, Indonesia juga bisa menjajaki impor kedelai dari kawasan Amerika Tengah.

Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU