Indonesia Tawarkan 3 Proyek di Bidang Energi Terbarukan ke Investor Jepang
Ekonomi dan bisnis | 20 Oktober 2021, 14:33 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Indonesia menawarkan 3 proyek di bidang energi terbarukan kepada investor Jepang. Yaitu proyek tersebut adalah Refuse Derived Fuel Plant Bantar Gebang yang dikelola oleh Pemprov DKI Jakarta, Minihydro Power Plant di Banyumas dan proyek Waste-to Energy di Semarang.
Ketiga proyek itu telah dikurasi secara clean and clear oleh Bank Indonesia dan kantor perwakilan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di Tokyo.
Penawaran dilakukan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo bekerja sama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Tokyo. Yakni lewat acara virtual Indonesia – Japan Business Forum (IJBF) ke-2, yang bertema Peluang Kerja Sama di Sektor Energi Baru dan Terbarukan pada Selasa (19/10/2021).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meyakinkan para investor Jepang, saat ini adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi di Indonesia.
Baca Juga: Gantikan Mobil BBM, Ini Insentif Joe Biden Hingga Xi Jin Ping Untuk Mobil Listrik
“Ekonomi Indonesia tumbuh tinggi 7,07 persen pada kuartal 2 tahun ini, jauh melewati prediksi. Berbagai kebijakan moneter dan fiskal juga telah diterapkan guna mendukung transisi ke ekonomi hijau, antara lain melalui green sukuk yang dikeluarkan sejak 2018," kata Perry dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas TV, Rabu (20/10/2021).
IJBF ke-2 dihadiri oleh lebih dari 200 peserta dari kalangan bisnis Jepang. Kegiatan dilanjutkan dengan 1 on 1 meeting untuk menjelaskan skema kerja sama secara lebih detail dengan sejumlah investor Jepang.
Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Jepang Heri Akhmadi memastikan, KBRI Tokyo terus mendorong kerja sama konkret di sektor energi terbarukan untuk lebih memperkuat kerja sama bilateral Indonesia - Jepang.
“Saya mendorong terus terjalinnya kerja sama konkret di sektor energi terbarukan untuk mempercepat transisi energi yang telah dicanangkan kedua negara. Kerja sama energi terbarukan adalah arah ke depan kerja sama bilateral Indonesia - Jepang," tutur Heri.
Baca Juga: Singapura Krisis Energi, Perusahaan Swasta Pemasok Listrik Nyerah Hentikan Bisnisnya
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan Indonesia akan sepenuhnya menggunakan energi baru dan terbarukan (EBT) serta net zero emission pada 2060.
"Transformasi menuju net zero emission menjadi komitmen bersama kita paling lambat 2060," ujar Arifin dikutip dari laman resmi Kementerian ESDM.
Net zero emission adalah prinsip pembangunan bebas emosi. Mengutip Mongabay.id, dengan net zero emission, karbon yang dihasilkan dari kegiatan manusia yang biasanya dilepaskan ke atmosfer, kini sepenuhnya diserap oleh bumi melalui berbagai kegiatan manusia juga dan bantuan teknologi. Sehingga tidak menimbulkan pemanasan global.
Untuk mencapainya, pemerintah menerapkan 5 prinsip utama. Yaitu peningkatan pemanfaatan EBT, pengurangan energi fosil, kendaraan listrik di sektor transportasi, peningkatan pemanfaatan listrik pada rumah tangga dan industri, dan pemanfaatan Carbon Capture and Storage (CCS).
Baca Juga: Pengumuman, Pemerintah Akan Setop Penjualan Motor dan Mobil yang Pakai BBM
Langkah nyata kebijakan diatas diantaranya tidak menambah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan batu bara; penggunaan kompor listrik untuk 2 juta rumah tangga per tahun: memberhentikan impor LNG: Jaringan gas bisa menyentuh 10 juta rumah tangga;
Penggunaan kendaraan listrik sebanyak 2 juta (mobil) dan 13 juta (motor); tidak ada penjualan motor konvensional; pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama dengan kapasitas 35 GW; serta tidak melakukan penjualan mobil konvensional.
Untuk mencapai sederet target tersebut, Indonesia tentu membutuhkan kerja sama dengan negara yang sudah terbiasa menggunakan energi baru dan terbarukan. Salah satunya adalah Jepang.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber :