Literasi Keuangan Tak Sebaik Inklusi Keuangan, Banyak Masyarakat Terjebak Investasi Bodong
Ekonomi dan bisnis | 27 September 2021, 14:51 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Otoritas Jasa Keuangan menyatakan, pertumbuhan inklusi keuangan di Indonesia belum dibarengi dengan pertumbuhan literasi keuangan masyarakat. Sehingga, banyak masyarakat yang tidak memahami secara jelas produk keuangan yang digunakan.
Dewan Komisioner Bidang Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tirta Segara mencontohkan, banyak masyarakat yang punya banyak uang namun menjadi korban investasi bodong.
Begitu juga anak muda yang asal mengambil produk investasi karena mengikuti influencer idola mereka di media sosial.
"Banyak kita dapati mereka alami kerugian karena teperdaya janji-janji manis yang dilontarkan influencer ketika mau berinvestasi," kata Tirta dalam gelaran Indonesia Financial Expo & Forum (IFEF) 2021 yang digelar Kontan, Senin (27/9/2021).
Baca Juga: Isi Rekening Tiba-tiba Hilang? Simak Tips Aman Transaksi Perbankan dari OJK
"Kembali, ini mengapa literasi keuangan bagi kaum milenial, pemuda, ini sangat penting tambahnya," ujarnya.
Mengutip Bank Dunia, inklusi keuangan adalah kondisi di mana individu dan pengusaha mempunyai akses mudah terhadap produk dan layanan finansial.
Dengan begitu, berbagai kebutuhan ekonomi seperti tabungan, pembayaran, transaksi, kredit, hingga asuransi pun dapat terakomodasi secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Sedangkan literasi keuangan adalah kemampuan untuk mengetahui dan memahami cara menggunakan uang untuk kebutuhan sehari-hari, produk layanan perbankan hingga investasi. Jika seseorang punya literasi keuangan yang baik, dia akan tahu cara terbaik menggunakan uang yang dimilikinya.
Berdasarkan hasil survei OJK, rata-rata tingkat literasi keuangan nasional hanya sebesar 38 persen.Sementara, tingkat inklusi nasional mencapai 76 persen.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber :