Pria Ini Hasilkan Rp 4 Miliar Per Tahun dari Bisnis Daun Kelor
Ukm | 6 September 2021, 11:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Seorang pria di Blora, Jawa Tengah, berhasil mengolah daun kelor (Moringa olifeira) menjadi komoditas bisnis bernilai miliaran rupiah. Adalah Ai Dudi Krisnadi, pemilik PT Moringa Organik yang sudah mengekspor produk olahan daun kelor ke berbagai negara.
Pria asal Karawang, Jawa Barat yang biasa disapa Kang Dudi ini memulai usahanya pada 2011. Ia mulai dengan riset tentang manfaat daun kelor dan bagaimana cara mengolahnya.
Mengutip Kompas.com, daun kelor mengandung banyak nutrisi penting dan bisa mencegah serta menyembuhkan berbagai penyakit. Seperti diabetes, kolesterol, disfungsi ereksi, dan jantung.
Daun kelor mengandung protein, lemak, beta carotene (vitamin A), thiamin (vitamin B1), riboflavin (B2), niacin (B3), vitamin C, kalsium, karbohidrat, tembaga, serat, zat besi, magnesium, dan fosfor.
Baca Juga: Penyaluran Bansos Lewat Bank Himbara: Amarah Risma dan Penjelasan Erick Thohir
Daun kelor juga mengandung semua unsur asam amino essensial yang sangat penting, yakni unsur argine, histidine, isoleucine, leusine, lysine, methionine, phenylalinine, threonine, tryptophan, dan valine.
Di Indonesia, daun kelor dipercaya masyarakat bisa mengusir makhluk halus. Dudi mengaku banyak mendapat tentangan dari kelompok orang yang mengaku memiliki kekuatan gaib.
"Banyaklah, dianggap orang gila, diusir tokoh-tokoh karena bertentangan dengan ilmu-ilmu mereka, dikira mau memerangi ilmu magis mereka. Jadi pemerintah sendiri dulu jelas enggak peduli, kalau sekarang mah pemerintah sudah sangat support dengan kelor," kata Dudi saat ditemui di Puri Kelorina, Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora.
Kini, bisnis daun kelor milik Dudi sudah menghasilkan omzet Rp 4 miliar per tahun.
"Kemarin ya masih Rp4 miliar per tahun. Karena kalau kami lebih banyak ke pembelajaran, ya karena jual sistem itu," tuturnya.
Baca Juga: Menhub Tawar Biaya Proyek MRT Fase 2 ke Jepang
150 produk olahan daun kelor yang dibuat Dudi juga telah mendapatkan sertifikat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Hampir seluruh syarat sertifikasi industri pangan itu sudah saya dipenuhi," kata dia.
Menurut Dudi, permintaan daun kelor dari pasar internasional sangat besar, bahkan nilainya mencapai triliunan rupiah. Pasar potensial untuk ekspor kelor adalah kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Amerika.
"Banyak yang tidak percaya ke saya ketika saya bilang pasar kelor itu triliunan per tahun. Padahal itu bukan kata saya, hasil hitung-hitungannya Kementerian Luar Negeri Uni Eropa seperti itu," tambahnya.
Kebutuhan daun kelor di dunia baru tercukupi 30 persen. Dari jumlah itu, 80 persennya dipenuhi oleh India. Sehingga, peluang bisnis kelor masih sangat terbuka. Apalagi, tanaman kelor sangat bagus dibudidayakan di wilayah tropis seperti Indonesia.
Baca Juga: Cuma Rp1, Tarif Tes Antigen dan PCR Penumpang Garuda di Siloam Hospital
"Kelor itu d imana pun tumbuh, semakin dekat matahari semakin bagus. Di kelor itu, ketika kelor basah dimakan, nutrisinya sama dari Aceh hingga Papua. Tapi ketika diolah, itu bisa berlipat tinggi atau bisa menjadi bahaya untuk dikonsumsi. Jadi kualitas kelor itu bagaimana mengolahnya," ucap Dudi.
Pria berusia 52 tahun itu berharap, semakin banyak masyarakat Indonesia yang mulai mencoba berbisnis produk tanaman kelor.
"Mari, bangsa kita mampu kok menjadi pemain kelor dunia, mampu kok. Saya sendiri yang kekuatannya seperti ini mampu kok. Karena selama 10 tahun lebih ya saya ibarat lomba lari sendiri, ya pasti menanglah. Jadi bukan karena saya pintar, tapi karena saya lomba lari sendirian," ujarnya.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas.com