Akselerasi Pemulihan Ekonomi, Anatomi Resesi Sampai Fokus Kebijakan
Ekonomi dan bisnis | 23 November 2020, 08:22 WIBKetiga, dana kelolaan nasabah prioritas di perbankan nasional naik signifikan. Dana kelolaan nasabah prioritas di PT Bank Central Asia Tbk hingga September 2020 naik 27 persen secara tahunan. Adapun di PT Bank Mandiri naik 12,6 persen dan PT Bank Negara Indonesia Tbk naik 9 persen. Sejauh ini, kelompok masyarakat menengah ke atas masih aman dari resesi, sedangkan kelompok menengah ke bawah mengalami guncangan. Stimulus di hampir semua negara fokus pada kelompok menengah bawah yang rentan ini.
Keempat, di tengah sektor ekonomi yang mandek, sektor informasi dan komunikasi justru meningkat. Pada triwulan II-2020, sektor ini menjadi satu-satunya yang tumbuh, dari 9,60 persen pada triwulan I menjadi 10,88 persen pada triwulan II. Sangat mungkin sektor ini masih terus melaju di triwulan III dan IV pada tahun ini.
Pasar modal domestik diramaikan berbagai rencana penawaran saham perdana (IPO) beberapa perusahaan berbasis teknologi dan kesehatan, seperti Tokopedia, Gojek, Bukalapak, OVO, Traveloka, Tiket.com, dan Halodoc. Kecenderungan serupa terjadi di pasar modal AS, yakni indeks perusahaan FAANG+ atau Facebook, Apple, Amazon, Netflix, Google ditambah Alibaba, Baidu, Tesla, Twitter, dan Nvidia menjadi motor penggerak pasar modal sehingga terus naik.
Anatomi resesi akibat pandemi menunjukkan ekonomi berpeluang tumbuh tinggi saat virus korona tipe baru bisa ditangani. Meski demikian, perekonomian akan bergerak ke arah berbeda, seperti peningkatan kesadaran lingkungan dan adopsi teknologi yang kian intensif. Selama virus belum bisa dikendalikan, pemerintah menjadi penanggung beban utama melalui kebijakan fiskal. Semakin lama masalah kesehatan melanda, semakin besar beban pemerintah dan semakin tinggi potensi kebangkrutan sektor swasta.
Pegawai pusat perbelanjaan ritel Hypermart di kawasan Tanah Abang, Jakarta, menarik troli berisi stok dagangan yang akan ditata di rak, Kamis (24/9/2020). Tetap terjaganya aktivitas ekonomi di sektor riil diyakini dapat mempercepat perekonomian keluar dari jurang resesi dan selanjutnya kondisi ekonomi bisa pulih secara bertahap. Masyarakat memiliki daya tahan cukup kuat untuk menghadapi resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19. Syaratnya, stabilitas domestik terjaga. Dengan demikian, konsumsi masyarakat tetap menggerakkan roda ekonomi kendati terbatas.
Fokus Kebijakan
Menghadapi sisa waktu hingga akhir tahun ini, ada beberapa fokus kebijakan yang perlu diambil. Pertama, benar-benar fokus pada masalah kesehatan dengan mengendalikan penularan Covid-19. Penanganan masalah kesehatan menjadi barometer biaya resesi dan prospek pemulihannya.
Kedua, dalam upaya memulihkan ekonomi jangan terlambat bertransformasi. Sebaliknya, transformasi justru menjadi pengungkit akselerasi pemulihan ekonomi. Misalnya, memanfaatkan teknologi finansial dalam distribusi bantuan sosial sekaligus mendata penduduk. Dengan basis data ini, program inklusi keuangan di masa depan bisa dijalankan dengan lebih sistematis serta melibatkan perbankan dan sektor swasta, khususnya sektor keuangan.
Ketiga, pemberdayaan usaha mikro dan kecil bisa diakselerasi dengan teknologi. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah punya landasan makin kokoh dalam mengoordinasikan upaya pemberdayaan UKM secara sistematis. Apalagi, jika aturan turunan RUU Cipta Kerja sudah diimplementasikan.
Keempat, sektor industri perlu direlaksasi atau bahkan diberi insentif agar mengadopsi transformasi digital secara mendasar, tak hanya mengubah proses bisnis, tetapi juga model bisnis. Pemerintah perlu mendahului kurva dengan menginvestasikan infrastruktur dasar serta membangun kerangka regulasi.
Upaya pemulihan ekonomi saja tak lagi mencukupi karena yang dibutuhkan adalah transformasi ekonomi. Jangan sampai kita kehilangan momentum karena pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal, termasuk selera konsumen dan cara berbisnis. Dunia pascapandemi Covid-19 tak akan sama dengan sebelumnya. (Sumber: Kompas.id)
Penulis : Dyah-Megasari
Sumber : Kompas TV