> >

Dyota Marsudi, Pemimpin Muda di Industri Perbankan Syariah Indonesia

Advertorial | 10 April 2023, 21:32 WIB
Presiden Direktur Bank Aladin Syariah Dyota Mahottama Marsudi. (Sumber: Adv)

JAKARTA, KOMPAS.TV - PT Bank Aladin Syariah Tbk menorehkan pertumbuhan bisnis yang mengesankan sejak meluncurkan aplikasinya pertama kali pada Januari 2022.  

Dalam setahun, Bank Aladin Syariah berhasil menggaet lebih dari 1,7 juta pengguna terdaftar (nasabah) yang telah melengkapi proses KYC.

Hingga kini, Bank Aladin Syariah telah menjangkau seluruh provinsi di Indonesia, dengan konsentrasi nasabah terbesar di daerah dengan populasi Muslim besar seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten.

Bank Aladin Syariah juga tercatat berhasil menghimpun dana lebih dari Rp1 triliun dan pembiayaan lebih dari Rp1,5 triliun.

Pencapaian tersebut tidak bisa dilepaskan dari sosok Dyota Mahottama Marsudi, yang sejak April 2021 ditunjuk sebagai Presiden Direktur dan membuatnya menjadi presiden direktur termuda di kancah perbankan Indonesia.

Bank Aladin Syariah yang fokus pada segmentasi underbanked, unbanked, dan UMKM memiliki peta jalan membuat produk yang berdampak pada masyarakat.

Dyota mengatakan, dia menghadapi banyak tantangan dalam membangun Bank Aladin Syariah dari nol, terutama dalam merombak sistem inti (core banking system) dan membangun aplikasi digital, serta mengumpulkan SDM.

“Tantangan terbesarnya adalah menghimpun sumber daya manusia yang mumpuni di bidang perbankan dan teknologi serta menyatukan pandangan dari beberapa latar belakang yang berbeda itu. Semuanya membutuhkan waktu dan investasi yang cukup besar,” kenang Dyota.

Pengalaman yang Membentuk Karakter

Awal tahun ini, Dyota mendapat penghargaan sebagai Most Popular Leader in Sharia Finance Industry dari The Iconomics. Perannya dalam memimpin Bank Aladin Syariah ke posisi saat ini pun tidak bisa dilepaskan dari perjalanan panjangnya sebagai seorang profesional.

Ketika di BCG, karier Dyota berjalan mulus. Bekerja selama 6 tahun sejak lulus S1 di usia 21, Dyota kerap menghadapi counterpart berusia dua kali lipat darinya.

Pada setiap project yang dipegang, dia mengaku selalu dituntut untuk secara cepat memahami sebuah industri dan klien yang berbeda, dengan harapan dapat membantu mereka menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

Dia pun tercatat selalu mendapat promosi tepat waktu hingga ditawarkan beasiswa penuh untuk S2 Master of Business Administration (MBA).

Jika merefleksikan perjalanan kariernya, Dyota mengatakan bahwa karakternya yang ngeyel cukup berperan besar tiap dihadapkan pada situasi harus mencari cara untuk mencapai tujuan maupun target yang diberikan kepadanya. Karakter ini pula yang membuat dia kerap menantang dirinya sendiri ketika mendapatkan sebuah kesempatan.

Salah satunya terlihat ketika dia justru memilih mendirikan perusahaan rintisan (startup) di bidang software-as-a-service (SaaS) bernama Happy5.co, setelah menyelesaikan S2 pada 2016.

Berperan sebagai Co-Founder dan Chief Operating Officer (COO), dia menghadapi bermacam tantangan, mulai dari aspek operasional hingga menjaga keseimbangan dalam interaksi dengan karyawan.

Namun pengalaman inilah yang justru menjadi pelajaran baginya untuk menghadapi situasi sulit dengan banyak faktor yang di luar kendalinya.

“Saya tidak pernah terpikir untuk membangun perusahaan sebelumnya. Pada saat itu, keputusan tersebut merupakan yang terbesar yang pernah saya ambil, karena bertentangan dengan sifat alami saya yang tidak suka mengambil risiko. Ini mungkin menjadi salah satu faktor yang membuat saya harus belajar, dan memang akhirnya saya memaksa diri untuk belajar,” kenangnya.

Karier Dyota kemudian berlanjut dengan bergabung sebagai Senior Executive Director di Vertex Ventures, perusahaan Venture Capital terkemuka di Asia Tenggara yang berbasis di Singapura.

Di sana, Dyota bertanggung jawab mewakili Vertex dalam seluruh aspek, seperti mewakili dalam acara publik dan menjadi representatif saat mendekati dan mengevaluasi perusahaan.

Dia juga berperan menjadi thought partner bagi perusahaan-perusahaan yang sudah diinvestasi, hingga mencari sebuah exit untuk masing-masing posisi investasi.

Pada dua tahun pertama, Dyota diberikan tanggung jawab untuk mencakup wilayah Singapura, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Filipina.

Selama masa tersebut, dia sering melakukan perjalanan ke masing-masing negara dengan harapan menemukan sebuah perusahaan rintisan yang dapat diinvestasi oleh Vertex. Namun meski telah mengevaluasi ratusan perusahaan, manajemen selalu menolak rekomendasi yang dia ajukan.

Setelah dua tahun yang sangat sulit dan setelah mendapatkan kepercayaan dari manajemen, baru pada tahun ketiga, Dyota berhasil melakukan empat investasi baru di Indonesia dan Singapura dan langsung diganjar dengan promosi atas kinerja tersebut.

“Selama dua tahun awal ini, saya dilatih oleh manajemen untuk gigih mencari peluang investasi dan mengembangkan pengalaman dan insting dalam mengevaluasi startup. Sehingga dalam waktu relatif singkat, saya jadi punya kemampuan dalam membedakan antara perusahaan yang memiliki peluang bisnis yang baik dan yang kurang baik,” ungkapnya.

Perjalanan Aladin Baru Dimulai

Pengalaman itulah yang jadi pijakan Dyota ketika kemudian mendapatkan tawaran untuk menjadi Presiden Direktur Bank Aladin Syariah.

Dalam mengambil suatu keputusan penting, dia mengaku harus mencari keselarasan antara logika dan perasaan yang saling tarik menarik. Prinsip ini pula-lah yang dipegang Dyota dalam memimpin.

Ketika mendapat tawaran itu, secara rasional, Dyota telah menyadari besarnya potensi ekonomi syariah dan juga sudah memahami bagaimana cara mengembangkan perbankan syariah.

Namun, di sisi lain, dalam lubuk hatinya masih merasa belum yakin untuk berpindah.

“Untuk itu, saya meminta pendapat istri. Dia kemudian bertanya, ‘Kalau kamu meninggal besok, mana yang akan lebih membuat kamu menyesal, tidak pulang kembali ke Indonesia dan bersama-sama membangun industri perbankan digital dan perbankan Syariah bersama Bank Aladin, atau tetap nyaman di posisi kamu sekarang?’,” ungkapnya.

Mendengar respons tersebut, Dyota pun memantapkan diri untuk menerima tawaran dari Bank Aladin Syariah.

Misinya satu, dia ingin memberikan dampak terhadap pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia yang pangsa pasarnya masih sekitar 6,5 persen.

"Itu misalkan bisa kita naikin sampai ke 10 persen aja, itu sudah wah banget. Impact-nya luar biasa, dan hati mulai nyaman saat mulai ngomong gitu," kenangnya.

Dyota kemudian dinyatakan efektif menjabat sebagai Presiden Direktur PT Bank Aladin Syariah Tbk lewat Keputusan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. KEP-166/D.03/2021 pada tanggal 11 November 2021, setelah melewati proses panjang fit and proper test.

Upaya Dyota berbuah manis. Lewat kepemimpinannya, dalam kurun waktu dua tahun Bank Aladin berhasil meraih berbagai penghargaan dan pengakuan, antara lain Tempo Financial Award 2021 kategori The Best Financial Performance; CNBC Award 2021 kategori The Most Promising Islamic Digital Bank; Marketeers Editor's Choice Award 2022 kategori Breakthrough Islamic Digital Bank of The Year; serta CSR Award IDX Channel 2022 dalam kategori Green Tourism.

"Kami ingin membuat nasabah mendapat pengalaman registrasi dan aplikasi tanpa hambatan yang ramah digunakan, produk unik yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang kurang terjangkau oleh layanan perbankan, serta memiliki kehadiran offline yang kuat untuk membantu mereka yang baru pertama kali menggunakan layanan perbankan. Jadi perjalanan ini masih panjang, dan kita baru saja mulai," pungkasnya.

 

Penulis : Danang Suryo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU