Begini Cara Hadapi Body Shaming: Kelola Pola Pikir Positif
Kg media | 10 Maret 2022, 19:43 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Konsep bahwa tidak ada orang yang pantas dinilai berdasarkan penampilannya memang benar. Namun, harus diingat juga bahwa kita tidak bisa mengontrol perilaku dan perkataan orang lain.
Psikolog Ayoe Sutomo dalam hal ini menyampaikan, yang bisa dijaga adalah perasaan kita masing-masing. Oleh karena itu, terlepas dari orang lain sengaja menyakiti atau tidak, kita yang harus membentengi diri dengan berpikir positif.
“Ucapan terhadap penampilan fisik memang terkadang menyakitkan, apalagi jika ucapan itu dari orang terdekat kita. Perkataan-perkataan itu dapat membuat kita merasa tidak nyaman, terlebih jika komentar itu direspons dengan sebuah emosi dan mereka menganggap kita terlalu sensitif atau baperan,” ujar Ayoe lewat siniar Semua Bisa Cantik dalam episode “Hadapi Body Shaming dengan Positif”.
Ia berpandangan, setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam menilai orang lain. Hanya saja beberapa di antaranya memang memilih jalan keliru dengan mengungkapkannya melalui kata-kata yang menyakitkan.
Lalu, apa yang bisa dilakukan atau bagaimana cara merespon ketika mendapatkan body shaming?
Ketika menerima body shaming, ambillah jeda untuk berpikir sejenak mengenai hal apa yang sebetulnya membuat kita merasa tersakiti dari perkataan tersebut. Apa yang otomatis kita pikirkan tentang itu? Lalu evaluasilah perkataan itu.
Misalnya, pertanyaan “Kamu gendutan ya?” yang bisa memvalidasi hanya diri kita sendiri. Mungkin kita akan berpikir bahwa itu sebuah ejekan, tetapi apakah benar? Bisa saja orang itu memang benar-benar hanya bertanya atau mau basa-basi, tetapi tidak tahu caranya.
Baca Juga: Ladies, Mari Belajar Bangkit dari Stigma 'Cantik Itu Putih' Ternyata dapat Picu Body Shaming
Pola pikir
Hal pertama yang harus ditanamkan adalah pola pikir kita sendiri. Orang lain akan selalu memiliki sesuatu untuk dikomentari sehingga kita harus bisa memilah mana yang bisa diterima dan abaikan. Tanamkan pula bahwa kita tidak bisa menyenangkan semua orang.
Selain itu, jangan lupa untuk mencintai diri sendiri, terlebih jika sadar bahwa penampilan kita sedikit berbeda dari apa yang diharapkan masyarakat. Namun, perlu disadari juga bahwa semua individu itu unik dengan caranya masing-masing.
“Sedikit berbeda itu bukan masalah selama kita berperilaku baik dan merasa layak. Syukuri apa yang kita miliki, bukan apa yang dilewatkan,” tutur Ayoe.
Body shaming terjadi juga pada yang Good Looking
Mereka yang terlihat rupawan secara fisik dan penampilan pun kerap mengalaminya. Bahkan, mereka rentan sekali menerima komentar fisik dan stereotip.
Salah satu stereotip yang mengakar adalah pencapaian mereka yang rupawan juga didukung oleh penampilannya. Ketika menerima sesuatu dari hasil kerja kerasnya, banyak yang akan berkomentar bahwa hal itu bisa diperoleh dengan mudah karena mereka cantik atau tampan.
Pada akhirnya, orang akan melewatkan bagian bagaimana ia berproses hanya karena penampilan mereka. Dampaknya, perjuangan mereka tidak dipahami bahkan dihargai oleh orang lain.
Hal itu juga menimbulkan kecemburuan sosial, dengan apa yang disebut beauty privileged.
Untuk lebih mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan mental dan body shaming bisa kalian dengarkan melalui siniar Semua Bisa Cantik di Spotify pada episode “Hadapi Body Shaming dengan Positif”.
Dengarkan episode selengkapnya dengan mengakses tautan berikut https://spoti.fi/3GQrqkt.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV