KOMPAS.TV - Fokus mempertahankan perekonomian nasional digadang-gadang jadi Alasan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga di angka 6,25 persen pada Agustus ini.
Salah satunya dengan mendorong penguatan nilai tukar rupiah, yang sebelumnya sempat terperosok.
Lalu, apa alasan ini cukup kuat untuk mempertahankan suku bunga? Jawabannya: Tentu saja tidak.
Selalu banyak faktor di belakang setiap keputusan, termasuk alasan secara global.
Salah satunya adalah “Wait and See” dari kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve alias The Fed) yang baru akan mengumumkan suku bunga pada awal September nanti.
Pengangguran yang meningkat mendorong melemahnya daya beli warga ‘Negeri Paman Sam’, hingga disebut-sebut berada di jurang resesi.
Kondisi ini membuat The Fed dituntut untuk melakukan rapat darurat untuk menemukan solusi yang terbaik.
The Fed pun memberikan sinyal kuat akan menurunkan suku bunga 25 basis poin pada September dengan target 125 BPS hingga akhir tahun 2024.
Sinyal ini dilontarkan Kepala The Fed, Jerome Powell saat Konferensi Tahunan Jackson Hole di Kansas City, 24 Agustus 2024.
Powell bilang, waktunya telah tiba bagi kebijakan untuk menyesuaikan diri.
Dalam diskusi bersama wartawan di Nusa Dua, Bali; BI mengungkapkan menunggu kebijakan dari The Fed bukanlah satu-satunya faktor untuk mempertahankan suku bunga di Tanah Air.
Berdasarkan analisis makroekonemi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia, inflasi 2,13 persen tahun ini, turun jauh dibandung Juli 2023 yang adalah sebesar 3,08 persen.
Inflasi bulan Juni juga lebih rendah dibanding Juni tahun lalu sebesar 2,51 persen.
Baca Juga: Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia Putuskan BI-Rate Bertahan di Level 6,25 Persen
#bankindonesia #thefed #birate
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.