DEPOK, KOMPAS.TV - Tewasnya seorang mahasiswi ditangan pemuda yang baru dikenalnya melalui media sosial, 18 Januari lalu, bukanlah kasus pembunuhan yang berdiri sendiri.
Lantaran sebelum kejadian, pelaku sempat berbuat tak senonoh terhadap korban.
Bahkan setelah membunuh korban, pelaku memerkosa gadis 20 tahun tersebut.
Kriminolog Universitas Budi Luhur, Chazizah Gusnita menilai, pelaku membunuh korban secara spontan, karena korban melawan dan berteriak.
Membunuh korban bukan tujuan utama pelaku.
Tapi motif sebenarnya, pelaku ingin melampiaskan hasrat seksualnya pada korban.
Pelaku sengaja mengincar mangsanya melalui media sosial.
Sementara itu, Psikolog Klinis, Anastasia Sri Maryatmi menilai ada kecenderungan pelaku memiliki masalah psikis.
Dugaan ini diperkuat oleh pelaku yang melakukan tindak pidana pemerkosaan berulang dan tidak menyesali perbuatannya.
Bukti lain, setelah pelaku membunuh korban, kemudian pelaku mengirim pesan pada ibunya tanpa merasa bersalah.
Dalam kajian viktimologi, ada beberapa kondisi yang membuat seseorang rentan menjadi korban kejahatan penipuan melalui media sosial.
Baca Juga: Pelaku Pembunuh Mahasiswi di Depok Ternyata Berulang Kali Lakukan Kejahatan Seksual
Di antaranya orang yang kesepian dan patah hati.
Akibatnya, mereka akan mencari pelarian karena psikologisnya yang tidak stabil.
Bisa jadi korban pembunuhan di Sukmajaya Depok mengalami salah satunya.
Perkenalan melalui media sosial sangat mudah dimanipulasi.
Kondisi ini akan semakin buruk apabila korban mudah percaya dengan orang lain meskipun baru dikenal di dunia maya.
Agar tidak jatuh korban lagi, ada beberapa cara untuk terhindar dari pelecehan seksual dengan modus berkenalan melalui medsos.
Seperti menghindari pertemuan dengan orang yang baru dikenal, sebelum mengecek riwayatnya.
Jangan pernah mengirim data pribadi pada orang yang baru dikenal dan jangan sembarangan menggunggah data pribadi di medsos.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.