JAKARTA, KOMPAS.TV - Suster Francesco Marianti, OSU menuturkan awal mula masuk sekolah Santa Ursula. Kala itu, Suster Francesco duduk di bangku kelas 1 SMP.
Ayahnya kemudian bermaksud menyekolahkan Suster Francesco di Santa Ursula, serta adiknya di Kanisius.
“Syaratnya adalah saya harus menemui pastor di Cirebon. Saya tidak kenal kan. Jadi ayah saya mencari tahu bagaimana bisa berkenalan dengan pastor dari Cirebon itu. Jadi kami pergi ke Pastoran, lalu pastornya mengatakan begini, ‘kalau mau kamu datang hari minggu ini ke gereja. Nanti sesudahnya kamu lihat, saya bisa beri tanda tangan supaya kamu bisa masuk ke Ursula dan Kanisius’,” ungkapnya.
Setelah melakukan hal itu, Suster Francesco lalu pergi ke Jakarta. Beliau menuturkan proses perjalanan panjang dari Cirebon hingga akhirnya bertemu dengan suster Belanda di Santa Ursula untuk pertama kali.
Suster Francesco menuturkan waktu bersekolah di Santa Ursula ingin belajar piano. Maka, Sr. Francesco kemudian disarankan untuk ikut les piano dan membayar 10 gulden, yang senilai dengan uang sakunya.
Ketika Sr. Francesco menyampaikan keinginannya, ayahnya menyuruh untuk memakai uang saku itu jika ingin ikut les piano.
Suster Francesco menolak, sebab beliau membutuhkan uang tersebut untuk membeli kebutuhan sehari-hari selama tinggal di asrama. Maka, akhirnya Sr. Francesco tidak mengikuti les piano.
“Tetapi ketika saya menjadi lebih tua, saya dapat kesempatan itu (belajar piano), tangannya sudah tidak sesuai lagi. Tidak bisa gitu. Jadi memang kalau orang diberi kesempatan, pakailah. Kesempatan itu dipakai dirawat dikembangkan supaya nanti ‘jadi’,” pesan Sr. Francesco.
Selengkapnya saksikan di kanal youtube KompasTV.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.