BANTUL, KOMPAS.TV - Sejumlah unggahan foto yang menampilkan Pantai Parangtritis di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), diselimuti oleh kabut tebal, viral di media sosial sejak Senin (23/10/2023). Dalam foto yang beredar, kabut tampak menyelimuti pantai Parangtritis hingga Pantai Slili, Gunungkidul.
Lantas, apa sebenarnya yang menjadi penyebab kabut tebal yang melanda sejumlah pantai di Yogyakarta dan Gunungkidul?
Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Warjono, kabut tebal yang menyelimuti pantai-pantai ini adalah fenomena biasa yang terjadi di musim kemarau.
Baca Juga: Peringatan BMKG: Waspada Hujan dengan Kilat atau Petir di Sejumlah Daerah Sumatera dan Jawa Hari Ini
"Sebenarnya setiap hari ada, terutama pagi dan sore hari di sejumlah pantai selatan. Biasa dan muncul di musim kemarau ini," ungkap Warjono dikutip dari Kompas.com, Selasa (24/10).
Warjono menjelaskan bahwa kabut ini umumnya terbentuk karena suhu udara yang dingin, yang diikuti oleh tingginya kelembapan udara di permukaan.
Kondisi ini memungkinkan terjadinya kondensasi, dengan butiran air terbentuk dan mengambang di udara dekat permukaan bumi.
Baca Juga: Prediksi Hujan di Berbagai Daerah di Indonesia Pertengahan Oktober-November Menurut BMKG
Kabut dapat muncul di berbagai waktu, termasuk dini hari, pagi, sore, dan menjelang malam hari. Di siang hari, kabut muncul karena adanya lapisan inversi yang menekan uap air sehingga tidak bisa naik ke atas.
"Oleh karena itu, kabut dapat terjadi pada dini hari, pagi hari, dan pada saat sore hari hingga menjelang malam hari," imbuhnya.
Warjono juga menambahkan bahwa kabut ini disebabkan oleh transfer kelembapan, di mana uap air dari Samudra Hindia masuk ke wilayah seperti Pantai Drini.
Baca Juga: Gempa Bumi M 5,1 Landa Seram Maluku, Peringatan BMKG: Hati-Hati Gempa Susulan
"Ini karena sifat udara seperti balon, di mana pada saat udara dingin menyusut dan saat panas mengembang, maka saat menyusut pada sore hari, uap air yang ada akan sampai ke permukaan Bumi sehingga menyebabkan kabut," ungkap Warjono.
Kabut akan hilang seiring dengan pemanasan matahari atau saat kecepatan angin meningkat. Fenomena ini juga tidak menyebabkan gangguan lain atau gelombang tinggi di wilayah tersebut.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.