Kompas TV religi khazanah

Cerita Ramadan: Istiqlal, Sungai Kecil, dan Kenangan Soekarno

Kompas.tv - 7 Maret 2025, 06:00 WIB
cerita-ramadan-istiqlal-sungai-kecil-dan-kenangan-soekarno
Masjid Istiqlal yang dialiri sungai kecil mengingatkan Soekarno pada masa kecilnya. (Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Masjid Istiqlal bukan hanya kebanggaan warga Jakarta, tapi juga Indonesia. Wajar saja, ditilik dari sejarah pendiriannya, masjid ini direncanakan oleh para pendiri bangsa, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta. Keinginan memiliki masjid atau tempat ibadah umat Islam yang membanggakan rakyat Indonesia telah muncul bahkan sebelum kemerdekaan. Pada tahun 1944, beberapa tokoh Islam berkumpul di rumah Bung Karno di Pengangsaan Timur No. 56 yang sekarang merupakan Jalan Proklamasi.

Mereka berkeinginan adanya masjid yang dapat menjadi kebanggaan rakyat Indonesia. Gagasan tersebut diterima dengan antusias oleh Bung Karno. Namun, karena kondisi saat itu yang masih di bawah pemerintahan Jepang, angan-angan itu tidak terlaksana.

Barulah setelah kemerdekaan tahun 1945, cita-cita itu kembali membuncah. Pendirian masjid dianggap sebagai wujud rasa syukur atas kemerdekaan Indonesia, karena umat Islam turut mengambil peran dalam perjuangan kemerdekaan. Karena itulah, “Istiqlal” sudah disebutkan sejak awal, yang maknanya “merdeka”. Menteri Agama saat itu, KH. Wahid Hasyim mengusulkan agar dibangun masjid yang dapat menjadi simbol negara dan kebanggaan rakyat Indonesia.

Baca Juga: Selama Ramadan 2025, Masjid Istiqlal Siapkan 4.000 Porsi Makanan Berbuka Puasa setiap Hari

Awalnya, Hatta menginginkan masjid itu berdiri di tengah masyarakat, tepatnya di Jalan Thamrin karena masih banyak perkampungan. Namun, Soekarno lebih memilih di  bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jendral Van Den Bosch tahun 1834. Hatta tidak setuju karena membongkar benteng tersebut akan membutuhkan biaya yang besar seperti dikutip dari Kompas.id.

Suasana jemaah salat di Masjid Istiqlal, Februari 2025. (Sumber:Kompas.TV/Iman Firdaus )

Namun akhirnya usul Soekarno yang disetujui. Soekarno punya alasan, posisi sungai yang membelah kompleks benteng tersebut mengingatkan pada  masa kecilnya yang suka bermain di sungai. Lokasi benteng itu berseberangan dengan Gereja Katedral, yang menurut Soekarno hal itu akan memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.

Akhirnya pada 1953, sejumlah tokoh Islam mengadakan pertemuan yang dimotori oleh Menteri Agama, bersama 200 tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqurrohman. Pertemuan itu sepakat membentuk Yayasan Masjid Istiqlal tahun 1954 yang dipimpin oleh H. Tjokroaminoto untuk mewujudkan gagasan pembangunan masjid. Yayasan Istiqlal kemudian disahkan pada 7 Desember 1954 oleh Presiden Soekarno.

Pemancangan tiang pertama dilakukan tepat pada peringatan Maulid Nabi tanggal 26 Agustus 1961, dengan disaksikan oleh ribuan umat Islam. Sayang, proses pembangunan tidak mengalami banyak kemajuan, hingga akhirnya tahun 1965 Soekarno mengeluarkan Surat Keputusan No. 78/1966. Soekarno membebaskan semua pengurus panitia pembangunan Masjid Istiqlal dan Monumen Nasional, serta membentuk susunan panitia yang baru.

Hingga kepemimpinan berganti dan Soekarno wafat, pembangunan masjid tetap mandek karena keterbatasan dana. Barulah di era Presiden Soeharto, pembangunan digenjot lagi dengan menyarankan agar menggunakan material dari dalam negeri untuk membantu industri dalam negeri dan menjadi kebanggaan Indonesia.

Baca Juga: Profil Nasaruddin Umar: Imam Besar Masjid Istiqlal Jadi Menteri Agama di Kabinet Prabowo-Gibran

Alhamdulillah, pembangunan yang menghabiskan waktu hingga 17 tahun itu usai dan diresmikan pada pada 22 Februari 1978 oleh Presiden Soeharto. Saat itu, Presiden dan umat yang hadir melakukan sujud syukur di dalam masjid. Walaupun pembangunannya saat itu belum rampung sepenuhnya, Masjid Istiqlal sudah dapat digunakan untuk beribadah secara teratur. 

Kini, Masjid Istiqlal mampu menampung hingga 120 ribu jemaah. Setiap bulan puasa, masjid membagikan makanan berbuka hingga 4.000-5.000 porsi. Keberadaannya bukan saja menjadi kebanggaan umat, tapi juga rakyat Indonesia.


 

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : Kompas TV/kompas.id

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE



BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x