JAKARTA, KOMPAS.TV - Sebelum mengembuskan nafasnya yang terakhir pada 11 Maret 2000 dalam usia 82 tahun, kritikus sastra HB Jassin sempat menyelesaikan karya Terang Benderang: Renungan Spiritual Harian Kutipan dari Matsnawi Rumi.
Sebuah terjemahan karya penyair sufi besar Jalaluddin Rumi. Namun, terjemahan Jassin itu dinilai kacau dengan beberapa kesalahan yang tidak seharusnya terjadi.
Rupanya, karya tersebut dikerjakan dalam kondisi kesehatan Jassin yang mulai menurun. Hal itu disampaikan oleh Ali Audah yang mengedit buku Rumi's Daily Secret Renungan Harian untuk Mencapai Kebahagiaan, diterbitkan Bentang tahun 2008.
Baca Juga: Mesigit, Ritus dan Masjid Betawi dalam Balutan Puisi Sejarah
Setelah terbit, buku itu berisi renungan harian yang diambil dari sejumlah puisi karya Jalaluddin Rumi, kelahiran Balkh, Afganistan pada 1207. Di Indonesia, Rumi cukup dikenal karena puisi cintanya, bukan cinta penuh birahi, tapi cinta kepada Sang Pencipta dan sesama.
Misalnya, "Segarkanlah imanmu, tapi bukan dengan bicara. Diam-diam kautambahkan nafsumu. Sepanjang nafsu segar, maka iman tidak akan bertambah, sebab semua nafsu ini yang mengunci pintu gerbang."
Edmund Kabir Helminsky, yang memberi kata pengantar buku ini mengatakan, keadaan manusia yang tidak cerah adalah tidak adanya "keimanan", kehidupan manusia dalam perbudakan kepada diri pribadi yang palsu dan tergoda oleh kehidupan dunia materi.
Baca Juga: Puisi Esai Satukan Sastra dan Realitas Sosial
Pada bagian lain, Rumi menuliskan "Marah dan nafsu membuat orang menyimpang, dapat menyesatkan jiwa dari kebenaran. Apabila yang tampil kepentingan diri, kebajikan bersembunyi: seratus tabir terbentang antara hati dengan mata."
Menurut Edmund, puisi Rumi dalam Matsnawi berhak dipandang sebagai karya rohani baku terbesar yang pernah ditulis manusia.
Puisi-puisi Rumi menawarkan sikap penyerahan diri kepada sang khalik dan melepaskan diri dari ego dan hawa nafsu. Membacanya sambil mengisi di bulan Ramadan terasa melepas kepenatan hidup dan menyegarkan batin.
"Walaupun nasib seratus kali menghadang kita, akhirnya terpasang sebuah tenda buat kita di surga. Itulah kemurahan Tuhan yang menggetarkan kita supaya mengantarkan kita kepada keselamatan."
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.