BALI, KOMPAS.TV - Nilai tukar rupiah yang naik turun cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat membuat harga kedelai impor melambung.
Pengusaha tempe dan tahu mengeluhkan tingginya harga kedelai impor.
Muhamad Rizky Ramdani, yang merupakan seorang produsen tahu di Denpasar, Bali, memutuskan tetap memproduksi tahu meskipun harga kedelai impor terus naik.
Masyarakat Indonesia mengonsumsi tahu dan tempe sebagai salah satu makanan pokok, padahal Indonesia bergantung pada impor kedelai.
Untuk menekan biaya produksi tahu, Muhamad Rizky Ramdani mencampur kedelai impor dengan kedelai lokal.
Meskipun kualitas kedelai lokal jauh di bawah kualitas kedelai impor dan memengaruhi kualitas tahu yang diproduksi, namun dengan strategi ini harus tetap diambil agar bisnis tetap bisa berjalan.
Tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi penyebab naiknya harga kedelai impor yang menjadi bahan baku produksi tahu.
Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR Bank Indonesia, sejak awal pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus tertekan.
Tercatat, pada 14 April, rupiah berada di level 16.773 dan terus bergerak melemah pada 15 April di angka 16.815. Rabu, 16 April, rupiah di perdagangan ditutup melemah di level 16.845.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terjadi akibat perang dagang Trump langsung berdampak pada sektor riil.
Baca Juga: Dampak Ekspor Naik: Harga Kelapa Parut di Madiun dan Purwakarta Meroket, Omzet Anjlok
#produsen #rupiah #dollaras #ekonomi
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.