KLATEN, KOMPAS.TV - Jumlah korban keracunan massal usai acara halalbihalal di Desa Karangturi, Gantiwarno, Klaten, Jawa Tengah, mencapai 133 orang per Selasa (15/4/2025) malam.
"Update saat ini, korban mencapai 133 yang mengalami gejala, dan 48 dirujuk di rumah sakit yang ada di Kabupaten Klaten, terdiri dari RSUD maupun di puskesmas, dan 1 korban meninggal dunia," ungkap Wakil Bupati Klaten Benny Indra di Klaten, Selasa, dikutip dari program Kompas Malam KompasTV.
Dari 48 orang yang dirujuk di rumah sakit, Benny menuturkan, kebanyakan mengalami lemas, muntah, diare, serta panas/demam. Beberapa pasien Disebut sudah berangsur membaik.
"Sisanya mengalami gejala yang tidak begitu parah, ringan maksudnya, dan sekitar 80-an bisa dilakukan rawat jalan," tambahnya.
Benny juga mengungkapkan, usia korban keracunan bervariasi, ada yang dalam usia produktif dan usia rentan.
"Yang lebih banyak itu memang dari usia rentan, usia 50-60 ke atas," ucapnya.
Baca Juga: Kronologi Keracunan Massal di Klaten, Berawal dari Acara Halalbihalal
Menurut keterangan Benny, beberapa warga merasakan mual, diare, dan demam usai menghadiri halalbihalal yang dimeriahkan pentas wayang sampai Minggu (13/4/2025) dini hari.
Pada Senin (14/4/2025), jumlah korban yang merasakan gejala serupa makin banyak. Akhirnya, warga melapor ke kepala desa.
Setelah itu, Benny menyatakan, pemerintah Kabupaten Klaten bersama tim Dinas Kesehatan (Dinkes), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dibantu TNI dan Polri, langsung meninjau lokasi dan mendirikan posko.
Ia mengatakan, pihaknya masih stand by di posko tersebut untuk melayani korban keracunan massal.
"Dari tim Inafis juga melakukan identifikasi terkait dengan penyebab dari keracunan ini," ungkapnya.
Baca Juga: Korban Keracunan Massal di Klaten 110 Orang, Pemkab Tetapkan Status KLB
Selain itu, Benny mengungkapkan, pihaknya memberikan bantuan secara masif kepada korban.
Bantuan itu berupa obat-obatan untuk pasien rawat jalan maupun perawatan intensif bagi korban yang berada di rumah sakit.
Pihaknya juga melakukan pemantauan secara berkala.
"Update bisa satu hari empat kali update, di pagi, siang, dan sore serta malam untuk memantau kondisi korban yang terkena dampak keracunan massal," tuturnya.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.