LEBAK, KOMPAS.TV - Sahabat Relawan Indonesia (SRI) melaporkan belasan warga Badui pedalaman digigit ular tanah dalam kurun dua setengah bulan terakhir. Relawan pun mendampingi warga yang tinggal di wilayah Kabupaten Lebak itu berobat ke RSUD Banten.
Ular tanah yang termasuk dalam famili Viperidae diketahui berbisa tinggi. Ular ini kerap ditemukan di kawasan hutan Badui.
"Kita mencatat selama 2,5 bulan terakhir, belasan warga Badui menjadi korban gigitan ular tanah," kata Koordinator SRI Muhammad Arief Kirdiat dalam keterangan tertulis, Rabu (5/3/2025).
Kontak manusia dengan ular tanah dilaporkan meningkat selama musim hujan dua bulan terakhir. Terlebih lagi, banyak masyarakat adat Badui yang bekerja di kebun huma.
Baca Juga: Lebih dari 50 Ular Kobra Jawa Ditemukan di Bawah Lantai Rumah Warga Madiun
Insiden gigitan ular berbisa terbaru dilaporkan terjadi pada Selasa (4/3) kemarin. Seorang warga Desa Kanekes bernama Satini (50) dilarikan ke RSUD Banten usai digigit ular tanah.
Arief melaporkan warga Badui itu digigit ular tanah di kawasan hutan permukiman Badui. Relawan SRI pun menyebut warga kini bersedia menghubungi relawan jika ada insiden gigitan ular berbisa.
"Kami merujuk korban dan langsung ditangani di IGD RSUD Banten dengan menerima pengobatan anti bisa ular (ABU)," kata Arief dikutip Antara.
Warga Badui yang dibawa ke rumah sakit disebut tidak memiliki kepesertaan BPJS Kesehatan. Namun, pihak RSUD tetap menerima pasien dengan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).
Selain gigitan ular berbisa, Arief melaporkan jenis penyakit yang tinggi di masyarakat adat Badui saat ini adalah tuberkulosis dan korengan pada kulit.
Arief mengimbau masyarakat untuk waspada ular berbisa yang kerap berkeliaran di permukiman saat musim hujan. Insiden gigitan ular berbisa di kawasan Badui pun dapat mencapai puluhan kasus per tahun.
Kerabat pasien yang digigit ular tanah, Enip (36) menyebut korban sedang membersihkan kebun huma saat kejadian. Saat bersih-bersih, lengan korban tiba-tiba digigit ular tanah.
Ular tanah sendiri dikenal tidak banyak bergerak, tetapi pemarah dan cepat menyerang jika merasa terancam. Ular tanah juga rawan tidak terlihat karena corak kulitnya menyerupai tanah dan dedaunan kering.
"Kami berharap bisa kembali sehat dan pulih setelah mendapatkan penanganan medis di RSUD Banten," kata Enip.
Baca Juga: Pertahankan Identitas dan Kearifan Lokal, Suku Badui Minta Sinyal Internet Dihapus di Wilayahnya
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.