PALEMBANG, KOMPAS.TV - Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) akan memasukkan pangan lokal sebagai bagian dari kurikulum muatan lokal (Mulok) di sekolah. Langkah ini diambil oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel untuk mendukung ketahanan pangan dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
"Disdik Sumsel bersama ICRAF Indonesia sedang merancang kurikulum Mulok pangan lokal bagi siswa SMA/SMK," ujar Plt. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumsel, Awaluddin, saat membuka Lokakarya di Hotel Beston Palembang.
Menurut Awaluddin, pengenalan pangan lokal di kalangan siswa sangat penting, mengingat Sumsel kini mulai merasakan dampak perubahan iklim, seperti bencana hidrometeorologi dan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang semakin sering dan intens.
Namun, salah satu tantangan utama dalam pemanfaatan pangan lokal adalah kurangnya pengetahuan, terutama di kalangan generasi muda, tentang berbagai jenis pangan lokal dan manfaatnya.
"Di sekitar kita sebenarnya banyak pangan lokal yang bisa dimanfaatkan. Contohnya, gandum yang jika diolah dengan baik dapat menjadi pangan yang bergizi," ungkapnya.
Awaluddin menekankan bahwa perubahan iklim adalah kenyataan yang harus dihadapi, dan pendidikan tentang pangan lokal akan membekali siswa dengan pengetahuan serta literasi untuk menghadapinya. "Pendidikan tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga nilai dan kearifan lokal yang ada di masyarakat," katanya.
Pada bulan Oktober lalu, Disdik Sumsel telah membentuk tim pengembang dan tim teknis untuk menyusun kurikulum Mulok Pangan Lokal bagi Ketahanan Iklim. Tim ini terdiri dari pejabat dinas, guru penggerak, dan peneliti dari ICRAF Indonesia.
"Tim kurikulum saat ini sedang menyusun kurikulum Mulok pangan lokal. Kurikulum ini nantinya akan diujicobakan di beberapa sekolah pilot untuk mendapatkan masukan yang akan digunakan untuk penyempurnaan," jelas Awaluddin.
Penerapan kurikulum ini di sekolah-sekolah diharapkan bisa segera dilakukan. Saat ini, pengusulan kurikulum dan pengembangan bahan ajar tengah berjalan, dan begitu siap, kurikulum ini akan segera diterapkan.
Sementara itu, Direktur ICRAF Program Indonesia, Andree Ekadinata, mengatakan bahwa Sumsel memiliki keragaman pangan lokal yang sangat tinggi, dan ICRAF mendukung Disdik Sumsel dalam mengenalkan pangan lokal kepada generasi muda untuk mendukung ketahanan iklim.
"Kerja sama ini adalah bagian dari program Land4Lives yang didukung oleh pemerintah Kanada. Program ini bertujuan membantu masyarakat dalam beradaptasi dan mengurangi dampak perubahan iklim," jelas Andree.
Balgies Devi Fortuna, peneliti ICRAF Indonesia yang juga tergabung dalam tim pengembang kurikulum, menambahkan bahwa inisiatif Mulok pangan lokal untuk ketahanan iklim sudah diterapkan di dua provinsi lain, yaitu Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. "Saat ini, kami sedang menguji coba kurikulum di beberapa SD dan SMP. Untuk Sumsel, karena sasaran utamanya adalah siswa SMA, kurikulumnya dirancang lebih maju dan disesuaikan dengan kebutuhan remaja," ujar Balgies.
Ia juga menjelaskan bahwa ada tujuh langkah dalam pengembangan Mulok ini, yaitu penguatan pemahaman bersama, identifikasi kebutuhan, penyusunan kurikulum, pengembangan bahan ajar, uji coba, evaluasi bersama, dan implementasi.
"Saat ini kita sudah berada di tahap pertama dan kedua. Kurikulum ini akan diuji coba terlebih dahulu untuk melihat bagaimana kecocokannya di Provinsi Sumsel," kata Balgies.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.