KUDUS, KOMPAS.TV - Meski berada di pusat kota, para petani di Desa Mlatinorowito, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah sudah puluhan tahun memanfaatkan irigasi dari sisa limbah Pabrik Gula (PG) Rendeng milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk kebutuhan mengairi sawah mereka.
Di daerah ini setidaknya ada 50 hektar lahan pertanian yang irigasinya dilewati oleh saluran pembuangan limbah dari pabrik gula yang ternyata cukup baik untuk membantu kesuburan tanah pertanian, sehingga para petani yang berada di sekitar pabrik ini terbantu dalam mengelola sawah mereka.
Pada musim tanam pertama, para petani biasanya memanfaatkan pengairan dari air sungai. Memasuki musim tanam kedua, para petani mulai memanfaatkan air irigasi dari limbah Pabrik Rendeng yang sudah mulai produksi dan menggunakan air irigasi untuk proses produksi gula.
"Kita kalau musim tanam pertama, murni dari sungai Kali Gelis. Kalau musim tanam kedua, karena air sungai itu dimanfaatkan oleh PG Rendeng, makanya kami memanfaatkan limbah PG Rendeng," ujar Sabar Santosa, Ketua Gapoktan Tani Jaya.
Jika cuaca mendukung para petani dapat melakukan tanam padi hingga tiga kali dalam satu tahun, dan setiap musim panen produktivitas gabahnya pun mengalami kenaikan dari mulai tujuh hingga bisa mencapai sembilan ton per hektarnya, tergantung ada tidaknya hama pengganggu yang dapat mengurangi hasil panen.
"Limbah PG Rendeng mengandung sulfur, dolomit, jadi lebih bagus dari pengairan irigasi," tutur Sumadi, petani Desa Mlatinorowito.
Saat ini, Kementerian Pertanian tengah berupaya menaikkan produktivitas pertanian, khususnya para petani padi dengan membantu irigasi dan ketersediaan pupuk bagi para petani untuk mencapai swasembada pangan di tengah isu krisis pangan dunia.
#pabrikgularendeng #bumn #kudus
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.