KULON PROGO, KOMPAS.TV - Pemuda asal Kelurahan Gerbosari, Kapanewon Samigaluh, di Kulonprogo, Yogyakarta, Febrian Gitario, mahir membuat berbagai alat musik klasik mulai dari gitar akustik, ukulele, selo, kontrabas atau bas betot hingga biola. Ia memanfaatkan kayu asli Perbukitan Menoreh untuk diolah menjadi berbagai alat musik klasik .
Rio mulai menggeluti usaha pembuatan alat musik klasik sejak lima tahun terakhir. Ilmunya diperoleh langsung dari sang ayah, Joko Kuncoro yang sudah lama berkecimpung dalam industri kerajinan kayu.
Pembuatan alat musik klasik tergolong cukup rumit. Perajin dituntut untuk jeli dalam memilih bahan baku karena tidak semua jenis kayu bisa dijadikan alat musik. Hanya kayu-kayu tertentu seperti mahoni dan sungkai yang bisa diolah menjadi alat musik.
Kedua jenis kayu ini dipilih karena memiliki bobot yang tidak terlalu berat, namun terbilang awet dibandingkan jenis kayu yang lain. Beruntung bagi Rio karena kayu jenis itu masih melimpah di kawasan Perbukitan Menoreh tempat di mana dia tinggal.
Setidaknya ada tiga tahap utama dalam proses pembuatan alat musik klasik di bengkel produksi milik Rio. Pertama, yakni pemilihan jenis kayu untuk selanjutnya dipotong menyesuaikan ukuran standard alat musik yang akan dibuat. Tahap kedua, membuat pola dan kerangka utama alat musik dari potongan kayu tadi.
Masuk tahap ketiga yakni proses perangkaian dan penyesuaian harmonisasi nada alat musik. Setelah alat musik itu jadi, Rio yang dibantu empat orang temannya akan melakukan uji coba untuk memastikan bahwa karyanya mampu menghasilkan bunyi-bunyian yang pas. Tahap ini terbilang krusial, karena bagus tidaknya suara yang dihasilkan alat musik itu akan menentukan harga.
Proses ini memakan waktu yang cukup lama, karena mayoritas proses pembuatan dilakukan secara manual dengan alat sederhana. Untuk satu alat musik kurang lebih bisa memakan waktu dua minggu hingga tiga bulan. Sementara untuk biola prosesnya bisa lebih lama, kisaran satu hingga tiga bulan.
Meski dibuat secara manual dan memakan waktu yang cukup lama, alat musik klasik karya Rio ini tetap memiliki pangsa pasar sendiri. Bahkan, produk buatan Rio ini telah merambah pasar mancanegara mulai dari Asia hingga Eropa.
“Belajar dari bapak terus tertarik untuk meneruskan usaha sampai sekarang. (Alat musik) macam-macam ada biola, gitar, selo, bass, cakcuk kroncong, selo kroncong, bass betot. Penjualan ke luar kota sampai mancanegara,” ujar Rio.
Harga biola buatan Rio ini dijual paling murah kisaran Rp 1 juta hingga Rp 5 juta, sementara gitar dijual sekitar Rp 850.000 sampai Rp 5 juta. Untuk gitar jenis cakcuk (gitar kecil) dijual mulai dari Rp 400.000, selo sekitar Rp 3,5 juta, kemudian untuk bass elektrik Rp 1,5 juta dan gitar akustik dijual sekitar Rp 1 jutaan. Pembeli juga bisa memesan khusus atau kustom untuk berbagai jenis gitar ini.
#gitarklasik #alatmusikklasik #kerajinankayu
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.