JAYAPURA, KOMPAS.TV - Tujuh belas hari sudah, puluhan orang tua ini bertahan di pelataran Kantor Gubernur Papua memperjuangkan nasib anak-anak mereka yang terancam dikeluarkan dari kampus akibat pemberhentian beasiswa otonomi khusus oleh badan pengembangan sumber daya manusia (BPSDM) Provinsi Papua.
Dari 3.171 mahasiswa penerima beasiswa otsus, tujuh puluh persen berkuliah di dalam Negeri, sementara dua puluh persen lainnya berkuliah di luar Negeri, seperti New Zealand, Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Rusia dan beberapa negara lainnya.
Akibat pemberhentian beasiswa kini sudah ada sejumlah mahasiswa Papua yang berkuliah di luar Negeri memilih kembali ke Indonesia karena terancam dideportasi. Mahasiswa yang pulang berasal dari New Zealand dan Amerika Serikat. Biaya hidup yang tinggi di luar Negeri juga menjadi alasan para mahasiswa ini kembali ke Papua.
Sementara itu salah seorang mahasiswa dari luar Negeri menyatakan kembali ke Indonesia karena visa telah berakhir, mengatakan mereka sudah tak mendapat beasiswa sejak awal 2022 lalu, sehingga tidak mampu membiayai kuliah, mereka hanya bergantung pada kiriman orang tua dan komunitas oikumene di Selandia Baru.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.