SEMARANG, KOMPAS.TV - Di Rumah Layanan Autis Kota Semarang ini, anak-anak penyandang autis dibimbing melukis dengan pendampingan seorang art therapist. Dalam proses terapi, anak-anak ini diberi peralatan melukis untuk melatih fokus dan kesabaran mereka. Bahkan, anak penyandang autis yang sudah memiliki fokus baik, bisa menghasilkan sebuah karya seni lukis yang apik sesuai ekspresi mereka masing-masing.
Art therapy di Rumah Pelayanan Autis Kota Semarang, Dian September, mengatakan, melukis bisa melatih motorik dan eskpresi anak autis, sebab dengan bermain cat warna bisa membuat anak senang. Sedangkan muatan karya lukisan dari anak penyandang autis ini, bisa untuk mengetahui kondisi psikologi anak saat atau sebelum melukis. Salah satu kendala melatih fokus anak penyandang autis antara lain yakni suasana hati anak yang berbeda-beda dan kerap berubah-ubah.
Siapa sangka hasil karya anak-anak autis yang sudah memiliki fokus yang baik, bisa menjadi sebuah karya yang luar biasa, bahkan tak sedikit pula yang sudah laku di pasaran. Biasanya karya anak-anak ini dituangkan dalam gelas mug, kalender, kaus, amplop, tote bag, gantungan kunci, hingga casing HP.
“Mereka itu sebelum berkarya punya kesedihan atau kegalauan, terus diaplikasikan ke cat, apalagi yang abstrak itu sangat-sangat wah kalau menurut saya. Ini untuk melatih motoriknya dan fokusnya,” ujar Dian.
Pengurus Rumah Layanan Autis Kota Semarang, Sondang Intan Sihombing mengatakan, dengan berbagai karya lukisan anak penyandang autis ini menunjukkan bahwa anak autis juga bisa berkarya jika diberi kesempatan, sehingga bisa menghilangkan stigma negatif di masyarakat yang selama ini melekat pada anak autis. Baginya berbagai karya lukisan ini merupakan bonus bagi orang tua, sebab tujuan utama melukis ini untuk mengembangkan fokus anak, konsentrasi, motorik, hingga sensoriknya.
“Karena selama ini masyarakat pahamnya anak autis itu hanya bisa marah-marah, ngamuk-ngamuk, tantrum. Itulah perilaku-perilaku autisme yang sering muncul di masyarakat, tetapi sebetulnya pada saat kita mau menggali lebih jauh, anak-anak kami ini memiliki bakatnya masing-masing. Kebetulan yang kami angkat saat ini adalah seni melukis. Jadi ternyata seni melukis ini pun bukan hanya menghasilkan lukisan, kalau buat kami orang tua, lukisan-lukisan ini adalah bonus,” tutur Sondang.
Di rumah layanan autis yang terdapat di Jalan Durian Raya, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang ini, untuk terapi melukis dilakukan setiap hari Kamis dan Sabtu. Sedangkan terapi lainnya yakni yoga for kids.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.