SEMARANG, KOMPAS.TV - Ratusan warga Kota Semarang, Jawa Tengah, antusias mengikuti Gebyuran Bustaman di Kampung Bustaman, Kelurahan Purwodinatan, Kota Semarang. Gebyuran Bustaman merupakan tradisi warga Kampung Bustaman dalam menyambut bulan suci Ramadan.
Tradisi ini memiliki makna sebagai tanda membersihkan diri atau mensucikan diri untuk menyambut bulan suci Ramadan.
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen atau lebih dikenal dengan Gus Yasin, membuka langsung tradisi Gebyuran Bustaman ke-11 dengan mengguyur anak kecil menggunakan gayung batok kelapa.
Dalam tradisi ini, warga mengoles wajahnya dengan bedak berwarna yang bermakna dosa atau kesalahan selama setahun ke belakang.
Tak lama kentongan dibunyikan sebagai tanda aksi gebyuran sudah dimulai. Mulai dari anak-anak hingga lansia saling melempar air berwarna-warni yang dimasukkan ke dalam plastik. Gebyuran Bustaman yang dilakukan dengan saling lempar air ini bertujuan untuk membersihkan warga dari segala dosa atau kesalahan sebelum bulan puasa.
“Ramadan itu ritual agama muslim yang melakukan puasa selama 30 hari untuk membersihkan. Dan ini adalah simbol kebersihan hati kita untuk menuju bulan suci Ramadan,” ujar Gus Yasin.
Sesepuh Kampung Bustaman, Hari Bustaman menyampaikan, tiap tahunnya selalu ada inovasi dalam tradisi menyambut bulan Ramadan tersebut.
“Di tahun ketiga ini ada coret-coretan yang menandakan dosa kita. Setelah itu, kita gebyur bareng-bareng,” kata Hari Bustaman.
Tradisi ini bersumber dari cerita rakyat yang dipercaya turun-temurun tokoh kampung. Dari kebiasaan Kyai Kertoboso Bustam atau Mbah Bustam yang memandikan cucunya menjelang Ramadan di abad 18.
#ramadan #gebyuranbustaman #tajyasin
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.