YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Sejumlah nama muncul sebagai alternatif baru calon Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam gelaran Muktamar NU yang digelar di Lampung, 23-36 Desember 2021.
Nama-nama ini termaktub dalam Risalah Regenerasi Kepimpinan PBNU 2022-2027 yang dikeluarkan oleh Forum Muda Nahdliyin Yogyakarta, Minggu.
Koordinator Forum Muda Nahdliyin Yogyakarta, Nurul Huda SA, selama ini bursa yang muncul di publik semakian kuat. Wacana regenerasi, kata dia, di tubuh PBNU juga semakin besar.
Tetapi yang berkembang hanya berkisar persoalan calon Ketua Tanfidziyah dan Rais Am, tidak pada ide atau gagasan bagaimana mengembangkan NU ke depan.
“Sudah pasti, ada dan banyak nama-nama selain yang disebutkan oleh survei Indostrategic, dari berbagai latar belakang profesi, pendidikan, dan keluarga. Karena itu, berdasarkan pembacaan di atas, kami mencermati, mengkaji, dan mengusulkan agar melakukan regenerasi dan tashlih yang cukup mendasar untuk kepemimpinan NU mendatang,” paparnya sebagaiman rilis yang diterima KOMPAS TV, Minggu (24/10).
Lantas, ia memberi contoh praktis dengan memberi tempat kepada generasi-generasi muda NU yang potensial. Mulai dari memperhatikan santri dan alumni pesantren untuk berkiprah di tengah era disrupsi hingga memperhatikan pendidikan yang dikelola oleh NU.
Baca Juga: Tipe Ketua PBNU di Masa Depan: Mampu Konsolidasi Jaringan dan Cabang Istimewa NU di Banyak Negara
Selain itu, NU harus juga menjaga diri dari politik praktis, serta terlibat aktif menyelesaikan masalah di masyarakat atau konflik yang secara langsung atau tidak langsung melibatkan warga NU dengan pihak-pihak tertentu, seperti korporasi sebagaimana yang sering terjadi selama ini.
“Kami mengusulkan nama-nama berikut yang potensial untuk dipertimbangkan masuk ke dalam struktur atau Ketua Tanfidziyah maupun Rais Am PBNU,” tambahnya.
Baca Juga: Soal Potensi Rivalitas Menuju Ketum PBNU, Pengamat: NU bukan Organisasi Politik atau Parpol
Prof. TG Masnun Tahir (NTB), KH. M. Afifudin Dimyathi, atau biasa diapanggi Gus Awis (Jombang), Gus Juri Ardiantoro, SPd, M.SI, PhD (Brebes, Jateng), Nyai Badriyah Fayumi (Bekasi), KH. Dr. Marzuki Wahid (Cirebon, Jawa Barat), Nyai Alissa Qotrunnada (Yogyakarta), Nyai Nur Rofiah (Pemalang).
Selain itu, ada nama KH. Dr. Rumadi Ahmad (Kudus), KH. M. Nuruddin atau Gus Din (Malang), Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A (Jakarta), KH. Ahmad Taufiq, AR. (Pasuruan), KH. Isfah Abidal Azis (Madiun), Savic Alielha (Pati), Gus Muhammad Al-Fayyadl (Probolinggo), Gus M. Faizi (Sumenep, Madura), Teuku Kemal Fasya (Aceh), Prof. Dr. Mujiburrahman (Kalsel), Gus Dr. M. Yasir Alimi, Ph.D (Semarang), Dr. M. Ishom el-Saha (Banten).
Abuya Syeh Kyai Ahmad Muhtadi Dimyati (Banten), KH. Ibnu Ubaidillah Syathori (Cirebon), Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya (Pekalongan), KH. Husein Ilyas (Mojokerto), KH. Hasan Abdillah (Yogyakarta), KH. Nurul Huda Djazuli (Ploso)
Lalu ada KH M Anwar Manshur (Lirboyo), KH. Ahmad Chalwani (Purworejo), Tuan Guru Turmudzi Badaruddin (NTB), Syeh Mahmudin Pasaribu (Mandailing Natal Medan), KH. Muhammad Ramli (Kalsel), KH. Muhammad Nuh Addawami (Cibojong Cisurupan Jabar).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.