YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Sekelompok mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) berinovasi untuk mengurangi tingkat pencemaran sungai. Teknologi yang digunakan mahasiswa UGM ini adalah aero microbubble.
Alat ini dikembangkan Mahesa Audriansyah Agatha, Yeyen Karunia, M. Taufik Hermawan yang ketiganya berasal dari Sekolah Vokasi beserta Zahratul Khasanah dari Departemen Teknik Kimia, dan Pamela Chanifah prodi Kimia FMIPA dengan dosen pendamping Felixtianus Eko Wismo Winarto.
Teknologi ini diterapkan di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Dusun Drono, Desa Sardonoharjo, Ngaglik, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut Mahesa, di dusun tersebut terdapat limbah yang masih mengeluarkan bau tidak sedap yang dibuang ke sungai sehingga terjadi pencemaran air.
Melalui program aero bubble mampu mengurangi bau tidak sedap pada IPAL dengan melarutkan oksigen melalui gelembung-gelembung udara berukuran mikro dengan efektivitas yang tinggi dan merata pada permukaan air.
“Berdasarkan hasil percobaan yang tim kami lakukan untuk menghilangkan bau pada limbah IPAL komunal dengan volume 8 liter diperlukan waktu 20 menit menggunakan alat yang telah kami rancang,” ujarnya, Senin (16/8/2021).
Baca Juga: Mengenal Fansa, Boneka Edukasi Konservasi Berbasis IT Buatan Mahasiswa UGM
Meskipun demikian, ia bersama dengan rekannya tidak hanya menerapkan teknologi pengolahan limbah, melainkan juga mengembangkan energi terbarukan.
Salah satunya, pemanfaatan bakteri anaerob pada IPAL sebagai penghasil biogas. Biogas merupakan energi yang dihasilkan dari limbah organik seperti kotoran ternak, atau limbah domestik. Limbah-limbah tersebut akan melalui proses urai yang dinamakan anaerobik digester di ruang kedap udara.
Untuk memaksimalkan potensi IPAL komunal terutama pada pemanfaatan bakteri anaerob, biogas merupakan salah satu pemanfaatan yang dapat dilakukan dan dinilai mempunyai manfaat yang tinggi bagi masyarakat di Dusun Drono.
Pengelolaan biogas dari limbah diharapkan dapat menciptakan pola sinergitas pengelolaan limbah yaitu pemanfaatan energi yang terjangkau dan energi yang ramah lingkungan, dimulai dari skala kecil.
Baca Juga: Mahasiswa UGM Bikin Alat Deteksi Kerumunan, Begini Cara Kerjanya
Mahasiswa UGM itu juga memanfaatkan tenaga surya sebagai sumber energi listrik.
“Energi listrik yang dihasilkan dari panel surya dapat berguna sebagai sumber listrik bagi aerator di IPAL dan bisa menyalakan aerator sampai 8 jam," ucapnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.