BULUKUMBA, KOMPAS.TV - Seorang guru di Bulukumba, Sulawesi Selatan, harus menempuh jarak hingga 25 kilometer demi mengajar di sebuah Madrasah Aliyah.
Akses jembatan antardesa yang belum ada, jadi kendala pembelaran di tempat ini.
Tak hanya guru, sejumlah siswa pun harus berjuang demi bisa belajar.
Kala pagi tiba, semangat dan khawatir menjadi bekal bagi sejumlah siswa yang ingin menuntut ilmu di Madrasah Aliyah Guppi Kindang, kecamatan Kindang, Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Mengapa tidak, dengan hati-hati para siswa harus mendaki dan menyeberangi jembatan buatan warga yang berbahaya dan licin, hanya untuk bisa belajar.
Akses jembatan ini merupakan jalan pintas bagi siswa untuk menuju sekolah mereka.
Sementara Nurul, guru Madrasah Aliyah Guppi Kindang, juga harus menempuh jalur yang panjang demi sebuah pengabdian.
Jalan jauh nan berliku, jadi tantangan kala hendak berbagi ilmu di Madrasah Aliyah Guppi Kindang.
Nurul tinggal di Desa Sapobonto, yang berseberangan dengan Desa Kindang. Akses jembatan yang tak ada, membuatnya harus memilih jalur memutar sejauh 25 kilometer.
Sekolah terpusatkan di Desa Kindang. Warga desa sekitar, yang ingin menuntut ilmu tak punya pilihan, harus menempuh jalur dengan medan yang sulit.
Pembangunan jembatan antar-desa yang aman dan layak jadi harapan bagi warga desa di Kecamatan Kindang untuk beraktivitas, terutama untuk menuntut ilmu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.