LAMPUNG, KOMPAS.TV - Belum meratanya fasilitas pendukung untuk menjalani sekolah daring pengganti sekolah tatap muka di tengah pandemi Covid-19, berdampak bagi sebagian anak-anak di Kota Bandar Lampung.
Jonatan, siswa SMP Negeri 42 Pulau Pasaran, Bandar Lampung ini merasakan betul dampaknya, sejak sekolah daring yang membutuhkan jaringan internet diberlakukan dirinya mengaku kesulitan.
Harus membeli pulsa kuota untuk menunjang proses belajar secara daring tak semudah yang dibayangkan, pasalnya kondisi ekonomi keluarga Jonatan tak mampu jika harus terus menerus mengeluarkan uang untuk membeli kuota yang terbilang mahal.
Jonatan berinisiatif untuk berjualan pempek keliling, ia menjajakan dagangannya mulai dari pasar tradisional hingga masuk ke pemukiman warga.
Dari hasil dagangannya Jonatan mendapat upah sebesar 18 ribu hingga 30 ribu rupiah per hari, uang itu ia tabung dan sebagian disisikan untuk membeli pulsa internet.
Kisah Jonatan yang harus berjualan pempek demi bisa membeli pulsa internet sebagai kebutuhan belajar berbasis daring atau online, merupakan potret tidak meratanya akses dan fasilitas yang sama untuk meraih pendidikan.
Baca Juga: Di Gang Sempit, Warga Gelar Upacara 17 Agustus Dengan Pakaian Adat
Kondisi ini tak bisa berlangsung lama, butuh upaya pemerintah untuk menciptakan sistem belajar yang efektif bagi seluruh anak bangsa.
#belajardaring #belajarditengahpandemi #pendidikan #minimfasilitas
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.