JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Umum PSSI Erick Thohir akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kompetisi Liga 4 Indonesia, menyusul kontroversi dalam proses pengundian yang viral baru-baru ini.
"Kami me-review total, tidak hanya drawing-nya, tapi sistem kompetisinya," kata Erick, Senin (14/4/2025), dikutip dari laporan Antara.
Kontroversi muncul saat proses undian putaran nasional Liga 4 yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube PSSI TV pada Kamis (10/4/2025) pekan lalu.
Sorotan utama tertuju pada pengundian Grup N yang diisi Persewangi Banyuwangi, Papua Tengah, Jawa Timur 4, dan Jawa Barat 2.
Dalam rekaman yang viral di media sosial, terlihat petugas pengundi menggerakkan tangan ke bawah meja hingga tidak terlihat kamera setelah mengambil bola undian.
Baca Juga: [FULL] Serba-Serbi Timnas U-17 Jelang Lawan Korea Utara, Begini Cerita-Harapan Ayah Evandra & Gholy
Kemudian, petugas tersebut mengangkat kertas yang terlipat rapi -bukan bola undian- sebelum mengumumkan nama tim.
Proses serupa terjadi tiga kali saat menentukan lawan Persewangi Banyuwangi, memicu kecurigaan warganet bahwa hasil undian telah dimanipulasi.
Erick dengan tegas menyatakan insiden ini merupakan kesalahan yang merugikan integritas sepak bola Indonesia.
Mantan pemilik Inter Milan itu juga mengungkapkan PSSI sedang melakukan investigasi mendalam.
Jika ditemukan indikasi pengaturan pertandingan (match fixing) untuk menguntungkan pihak tertentu, perkara ini akan dilaporkan ke pihak berwajib.
Erick menegaskan komitmen PSSI dalam membersihkan kompetisi sepak bola Indonesia dari praktik tidak adil.
Baca Juga: Drawing Liga 4 Janggal, Komisi X DPR: Ada Unsur Kesengajaan, Panitia Lakukan Kecurangan
Dia mengeklaim Liga 1 sudah menunjukkan perbaikan signifikan, sementara Liga 2 sedang dipersiapkan untuk menerapkan teknologi VAR (Video Assistant Referee) guna meningkatkan kualitas pertandingan.
"Yang jelas, di lapangan terjadi hal-hal yang kita tidak inginkan. Dan sudah ada kerja sama kita dengan Kepolisian dan Kejaksaan. Match fixing itu harus kita sikat," jelas Erick.
"Supaya kita semua bisa rapi-rapi. Liga 1, Liga 2. Semua jadi baik. Sehingga (di tingkat) grassroot (akar rumput), di bawahnya (seperti) Elite Pro Akademi juga baik," imbuhnya.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.