JAKARTA, KOMPAS.TV -Komisioner Komnas HAM, Muhammad Choirul Anam ungkap motif suporter Arema FC atau Aremania masuk ke lapangan usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, 1 Oktober 2022.
Dalam temuan investigasi Tragedi Kanjuruhan, Komnas HAM mengungkap, para Aremania turun ke lapangan untuk memberikan semangat kepada para pemain Singo Edan yang kalah dari tim tamu Persebaya dengan skor 2-3.
Bahkan, kata Anam, Aremania juga memeluk sejumlah pemain Arema FC, khususnya para pemain yang 'asli' dari Malang. Bahkan, menangis bersama di lapangan.
Hal itu disampaikan Anam berdasarkan hasil pemantauan dan penyelidikan Komnas HAM yang dilakukan sejak sehari usai Tragedi Kanjuruhan yakni pada 2 hingga 10 Oktober 2022.
Anam juga menyebutkan, sekitar 14 hingga 20 menit setelah wasit meniupkan peluit panjang tanda pertandingan usai, situasi dan kondisi di Stadion Kanjuruhan Malang justru kondusif. .
"Pemain Arema kemudian menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh Aremania. Jadi memang ini ada tradisi begitu.-yang berada di Stadion Kanjuruhan Malang," kata Anam dalam Rabu (12/10) dalam Breaking News Kompas TV.
Baca Juga: Komnas HAM Kantongi Sosok Pemberi Komando Pasukan Gas Air Mata Tragedi Kanjuruhan, Siapa?
"Selanjutnya ketika pada saat pemain Arema menuju ruang ganti, sejumlah Aremania menghampiri pemain dan memeluk pemain dengan tujuan memberikan semangat," imbuhnya.
Anam menyatakan, Komnas HAM juga menguji dengan pelbagai video dan dicocookan dengan data yang ada.
"Kita nilai bahwa 14 sampai 20 menit pascapeluit ditiupkan itu suasananya sebenarnya terkendali. Detail kami melihatnya. Memang ada suporter yang masuk ke lapangan tapi itu untuk memberikan semangat. Itu yang kami lihat," tutur Anam.
Baca Juga: Investigasi Komnas HAM: Pemicu Jatuhnya Korban adalah Gas Air Mata, Ditembakkan ke Tribun
Saling Menangis, Aremania dan Pemain
Anam juga menyebut, di waktu itu, para pemain dipeluk aremania dan sambil menangis bersama.
"(Pada waktu itu) Teman-teman Aremania datang hampiri pemain, peluk pemain, dan menangis. Terutama pemain asli Malang, itu pada menangis, dipeluk, semangat, salam satu jiwa, jangan menyerah. Itu terkonformasi," sebutnya.
Anam menjelaskan itu menjadi titik pijak pihaknya untuk melihat bagaimana kericuhan berujung tragedi maut itu terjadi pada Sabtu malam, 1 Oktober lalu.
"Angka itu jadi penting bagi kami untuk mengukur sebenarnya kapan gas air mata juga keluar dan sebagainya yang itu menurut kami itu jadi pemicu utama kepanikan para suporter yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban meninggal dan korban luka-luka. Jadi standing kami tetap di situ," katanya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.