Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 238
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 238
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
Batavia yang dulunya dibangun dengan bangunan berarsitektur Eropa menjadi salah satu peninggalan bersejarah di Nusantara. Cikal bakal Batavia bermula di kawasan Kota tua yang kini masih bisa dilihat dari beberapa bangunan disana. Salah satunya adalah Museum Sejarah Jakarta, dulunya gedung tersebut digunakan sebagai Balai Kota Batavia dan menjadi kawasan yang ramai dengan aktivitas pemerintahan maupun perniagaan.
Kejayaan Pemerintah Kolonial Belanda juga nampak pada bangunan di daerah selatan Pelabuhan Sunda Kelapa, tempat sisa-sisa benteng Batavia masih lestari dan kokoh berdiri, yaitu Menara Syahbandar. Tepat di belakangnya, terdapat bangunan bekas gudang penyimpanan barang dagangan komoditi ekspor impor milik VOC, yang saat ini beralih fungsi sebagai Museum Bahari. Bangunan tersebut baru saja mengalami perbaikan dan pemugaran kembali akibat kebakaran sekitar dua tahun lalu. Lestarinya bangunan di kawasan kota tua ini menjadi memori kolektif masyarakat mengingat bagaimana kejayaan kota Batavia kala itu. Kota yang dirancang J.P. Coen layaknya Amsterdam versi Timur, dibangun dengan romantisme Eropa yang kental dilengkapi jalan serta kanal yang lurus dan teratur. Namun eksotisme Batavia tak bertahan lama, bencana banjir kerap menerpa sehingga pada awal abad ke 18 kota benteng Batavia mulai ditinggalkan.
Setelah VOC bangkrut dan Hindia Belanda berada di bawah kekuasaan Perancis, tahun 1808 Herman Willem Daendles resmi diangkat sebagai Gubernur Jenderal di Batavia. Kebijakan awal Daendles kala itu adalah memindahkan pusat kota yang dianggap sudah tidak sehat ke daerah yang lebih tinggi dan nyaman, bernama Weltevreden. Sepanjang abad 18 hingga 19, Kota Batavia berkembang sepenuhnya menjadi New Batavia yang berbeda dengan Oud Batavia atau Batavia lama.
Bersamaan dengan tumbuhnya kota saat itu, kawasan urban mulai meluas seperti di kawasan Menteng dan Gondangdia. Salah satu gedung bersejarah di Menteng yang hingga saat ini masih kokoh adalah Gedung Kunstkring. Gedung yang berlanggam arsitektur modern ini dulunya adalah bekas balai seni juga kantor imigrasi, kini dialihfungsikan sebagai restoran dan galeri seni dengan aura khas gedung lama.
Seiring berjalannya waktu, pada saat Jepang menduduki wilayah nusantara, nama Batavia diubah menjadi Jakarta dan melakukan penghacuran monumen serta patung peninggalan Belanda.
Hingga pasca Indonesia merdeka, Presiden Soekarno menggalakan pembangunan sejumlah gedung dan monumen seantero wilayah Jakarta sebagai simbol kebanggaan nasional. Sebagai pusat pemerintahan Indonesia, pembangunan Kota jakarta semakin pesat, pertumbuhan penduduk pun berkembang cepat dan semakin padat. Jakarta tumbuh menjadi kota modern dan kian mempercantik diri dengan bangunan baru. Namun kawasan dan bangunan serta monumen bersejarah sejak zaman penjajahan hingga pasca kemerdekaan tetap lestari hingga kini dengan adanya konservasi cagar budaya. Setiap masa memiliki sejarah bernilai yang patut dilestarikan, Jakarta dengan berjuta cerita di setiap sudutnya selayaknya tumbuh dengan narasi yang kaya akan sejarahnya.
#Singkap #Batavia #VOC
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.