Vina Panduwinata: Titiek Puspa Pejuang Kesenian dan Budaya Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.TV - Musisi Vina Panduwinata menyebut mendiang Titiek Puspa sebagai pejuang dalam kesenian dan budaya Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Vina Panduwinata usai melayat Titiek Puspa di rumah duka di Kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (10/4/2025).

“Almarhum adalah pejuang dalam kesenian Indonesia, budaya Indonesia dan insyaAllah, kalau Tuhan mengizinkan, kemungkinan besar beliau bisa diberikan tempat yang luar biasa, mudah-mudahan,” ucap Vina Panduwinata.

Sementara itu berdasarkan laporan jurnalis Kompas TV Ni Putu Trisnanda dari keterangan pihak keluarga, jenazah Titiek Puspa akan dimakamkan di Pemakaman Tanah Kusir Blok AA1, Jakarta Selatan, pada Jumat (11/4/2025).

Baca Juga: TNI Kedepankan Polri Evakuasi Masyarakat Sipil Korban Pembantaian OPM

Saat ini, pihak keluarga masih mempersiapkan proses pemakaman dan menerima ucapan dukacita dari kerabat dan berbagai pihak.

Kabar dukacita meninggalnya Titiek Puspa diungkap oleh musisi senior Ahmad Dhani di akhir sesi debat publik bertajuk AKSI dan VISI soal Hak Cipta, yang digelar di Artotel, Jakarta.

“Iya sudah fix meninggal dunia, Titiek Puspa, penyanyi dan komposer. Info dari Denny Chasmala ya, tadi 15 menit lalu, (sekitar 17.00 WIB-red). Mari berdoa 1 menit untuk mengenang beliau,” ucap Ahmad Dhani.

Titiek Puspa, lahir dengan nama asli Sumarti pada 1 November 1937 di Tanjung, Kalimantan Selatan. Ia terkenal sebagai sosok multitalenta, karena bukan hanya bisa menyanyi dan mencipta lagu tapi juga mampu berakting hingga menjadi penulis.

Baca Juga: Kemhan Bantah Korban yang Dibunuh OPM di Yahukimo adalah TNI: Sama Sekali Tidak Benar

Ia pun dikenal sebagai pelopor di dunia musik Indonesia dengan rekam jejak kariernya sejak 1950. Sebab, Titiek Puspa dikenal mampu menciptakan lagu-lagu penuh makna dalam sejarah musik nasional.

Sejumlah karya Titiek Puspa antara lain adalah lagu “Kupu-Kupu Malam” yang menggambarkan kehidupan perempuan pekerja malam dengan nada yang puitis namun menggugah empati. Lalu ada lagu berjudul “Bing” yang diciptakan sebagai penghormatan untuk Bing Slamet, sahabat sekaligus idola masa mudanya. Selanjutnya adalah lagu berjudul “Apanya Dong”, “Marilah Kemari”, dan “Doa Seorang Ibu” yang menjadi bukti kepiawaiannya meracik lirik dan melodi yang menyentuh hati.