KOMPAS.TV – Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menjamin produksi beras dan jagung Indonesia tahun ini melebihi kebutuhan masyarakat.
Menurut Zulhas, sapaan akrab Zulkifli Hasan, selama ini Indonesia melakukan impor hasil pertanian hingga 30 juta ton per tahun.
“Kita impor hasil pertanian berapa sih? 30 juta ton setiap tahun. Impor pertanian itu 30 juta (ton), saya dimaki-maki terus, ‘Ini Menteri Perdagangan tukang impor, tukang impor’,” ucapnya dalam program Lanturan KompasTV, Kamis (23/1/2025).
Baca Juga: Menko Pangan Zulkifli Hasan soal Penambahan Biaya Makan Bergizi Gratis: Menyesuaikan APBN
“Sekarang baru saya kerjain, yang memutuskan itu pemerintah melalui Menteri Koordinator. Menteri Perdagangan itu pelaksana. Sekarang aku menteri koordinator, udah ku larang saja semua. Ini larang, larang, larang.”
Larangan impor tersebut, menurut dia, merupakan tindak lanjut dari perintah Presiden RI, Prabowo Subianto, yang memerintahkan agar bekerja dan berusaha dulu, supaya tidak sedikit-sedikit melakukan impor.
“Stop ini, ini, ini, karena presiden perintah, kerja dulu, usaha dulu, mati-matian dulu. Dikit-dikit mau impor, gimana. Presiden minta dua tahun, kita sekarang kerjain.”
“Beras, jagung, garam, gula. Saya tahu gula belum cukup, tapi kita kerja dulu. Tapi kalau dua, saya sudah jamin, beras, jagung, pasti lebih,” tegasnya.
Ia menjelaskan, produksi gabah pada tahun lalu berkisar 53-53 juta ton, sedangkan konsumsi dalam negeri berada di kisaran 31 juta ton.
Sementara untuk jagung, konsumsi dalam negeri membutuhkan sekitar 11 juta ton.
“Jagung, misalnya, kita kan perlu 11 juta (ton), ini bisa 20 juta tahun ini. Tapi problem baru ada, harga turun. Kalau harga turun, anjlok, tahun depan turun lagi.”
Ia juga mengaku optimistis Indonesia bakal mengeskpor jagung pada tahun ini.
“Jagung ini sebagian harus ekspor.”
Baca Juga: Menko Pangan Zulkifli Hasan Pastikan Suplai Pangan Makan Bergizi Gratis Minim Impor
“Padi, jagung, sudah nggak ada masalah, karena kata BPS kita Januari naik 50 persen, Februari 49, Maret naik 51 persen produksi,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Zulhas juga menyampaikan, ada dua cara untuk mencapai swasembada pangan. Pertama, optimalisasi yang sudah ada, dan kedua dengan membangun baru.
“Pertama, kita optimaslisasi, yang kedua itu bangun baru. Bangun baru itu kita ada food estate. Orang bilang gagal, gagal. Ya kalau food estate yang baru ya tujuh tahun.”
“Mana bisa hari ini (menanam) terus besok tumbuh padinya. Mesti ada risetnya, mesti ada surveinya, mesti ada siapa yang kerjakan,” tuturnya.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.