Kompas TV nasional humaniora

Curahan Hati Guru Asal Buton di Depan Paus Fransiskus

Kompas.tv - 5 September 2024, 12:35 WIB
curahan-hati-guru-asal-buton-di-depan-paus-fransiskus
Anna Nur Awalia mengungkapkan curahan hati pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia, Paus Fransiskus di Gereja Katedral, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (4/9/2024). (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)
Penulis : Dian Nita | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Curahatan hati seorang guru asal Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, bernama Anna Nur Awalia kepada pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia, Paus Fransiskus menjadi sorotan.

Pasalnya, Anna sempat menangis mencurahkan hatinya mengenai dunia pendidikan dan toleransi di Indonesia kepada Paus.

Hal itu diungkapkan Anna di Gereja Katedral, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (4/9/2024).

Anna merupakan bagian dari Scholas Occurents, sebuah komunitas pemuda yang didirikan oleh Paus Fransiskus di Argentina pada 2013.

Ia memperkenalkan dirinya sebagai seorang dosen, fasilitator anak, dan seorang penyiar radio, serta seorang ibu.

Baca Juga: Kunjungi Terowongan Silaturahim, Paus: Saya Berdoa agar Allah Memberkati, God Bless You All

"Saya mengambil peran sebanyak mungkin, semampu saya di setiap bagian linimasa kehidupan agar saya dapat mengisi dunia pendidikan dan menyebarluaskan pesan tentang pentingnya edukasi untuk menuntaskan kemiskinan," kata Anna, dikutip YouTube Kompas TV, Kamis (5/9/2024).

Di depan Paus Fransiskus, Anna mengungkapkan rasa syukurnya karena untuk pertama kali dalam hidupnya berada di dalam Katedral, sebuah gereja yang disucikan umat Katolik yang berseberangan dengan Masjid Istiqlal, tempat ia biasa beribadah.

Bagi Anna, keberadaan Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal yang saling berhadapan adalah simbol toleransi.

"Ini merupakan simbol toleransi, di mana perbedaan seharusnya kita hadapi dan kita jembatani. Saya belajar toleransi melalui agama saya dan ketika bersama Scholas juga mengajarkan toleransi yang sama seperti yang diajarkan oleh Islam," kata Anna.

Ia kemudian bercerita bagai Scholas Occurrentes telah membentuk pandangannya tentang pendidikan dan toleransi.

"Scholas dalam pedagogikalnya, kurikulumnya, melatih saya untuk melihat dunia dari pinggir jalan, rakyat miskin kota, anak-anak yang haus sekolah, dan harusnya disekolahkan. Menyadarkan mereka yang kaya materi bahwa hidup tidak hanya memikirkan diri sendiri," ucap Anna sambil berkaca-kaca.

Baca Juga: Kunjungan Paus Fransiskus ke Istiqlal, Dua Ayat Suci Alquran Dilantunkan, Ini Artinya

Bagi Anna, Scholas yang mendengarkan dan menghargai setiap individu, menjadikannya model komunikasi yang efektif dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang harmonis. 


"Dalam praktiknya kita butuh tim kerja seperti Scholas dan teman-teman Tunas Bhinneka teman-teman fasilitator untuk menciptakan generasi muda yang bukan hanya cerdas tetapi juga bahagia," ungkap Anna sembari terisak.

Selanjutnya, Anna menceriatakan bagaimana ia pertama kali mengenal Scholas Occurrentes hingga akhirnya bisa bergabung setelah seleksi yang cukup panjang.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x