JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rata-rata harga beras mengalami kenaikan signifikan di seluruh rantai distribusi pada Februari 2024. Bahkan, harga beras telah mencapai level tertinggi sepanjang sejarah hingga hari ini, dengan mencapai angka 18.000 per kilogram di akhir Februari.
"Kenaikan harga beras terjadi di semua rantai distribusi," ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, dalam konferensi pers, Jumat (1/3/2024).
Habibullah mengatakan, rata-rata harga beras di level eceran mencapai Rp 15.157 per kilogram (kg) pada Februari 2024.
Baca Juga: MK Tolak Uji Formil, UU Kesehatan Punya Kekuatan Hukum Mengikat
Angka itu melonjak 24,65 persen secara tahunan (year on year/yoy) dan naik 6,7 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).
Di tingkat grosir, rata-rata harga beras telah mencapi Rp 14.396 per kg. Ini meningkat 20,08 persen dibandingkan Februari tahun lalu atau naik 5,96 persen dari Januari lalu. Adapun di level penggilingan, rata-rata harga beras telah mencapai Rp 14.274 per kg. Ini juga melonjak, yakni sebesar 24,65 persen secara tahunan dan 6,76 persen secara bulanan.
"Harga rata-rata dari berbagai jenis kualitas seluruh beras di seluruh kabupaten/kota ini di mana bulan Februari 2024 merupakan harga tertinggi dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya," tutur Habibullah.
Baca Juga: Sejumlah Elemen Masyarakat Bakal Demo di Gedung DPR Hari Ini, Polisi Terjunkan 2.590 Personel
Lonjakan harga beras terjadi seiring dengan harga gabah yang juga meningkat di seluruh rantai distribusi. Tercatat rata-rata harga gabah kering panen (GKP) mencapai Rp 7.261 per kg.
Posisi itu meroket 33,48 persen secara tahunan, dan naik 6,13 persen secara bulanan. Sementara itu, rata-rata harga gabah kering giling (GKG) mencapai Rp 8.591 per kg.
Ini melesat 27,14 persen secara tahunan dan meningkat 4,86 persen secara bulanan. Sebagai informasi, seiring dengan kenaikan harga yang terjadi, beras menjadi pemicu utama inflasi Februari lalu. BPS mencatat, komoditas beras memberikan andil inflasi secara bulanan sebesar 0,21 persen, secara tahunan 0,67 persen, dan secara tahun kalender 0,24 persen.
Dikutip dari Kompas.id, Jumat (1/3/2024), kenaikan harga itu berpotensi mengerus kesejahteraan masyarakat dan dikhawatirkan menambah angka kemiskinan nasional. Beras dikonsumsi cukup merata oleh hampir seluruh masayarakat Indonesia sehingga menjadikannya sebagai bahan pokok utama.
Harga beras yang tinggi jauh di atas HET (Harga Eceran Tertinggi) disebabkan produksi yang menurun sebagai dampak perubahan cuaca akibat El Nino. Fenomena cuaca tersebut menyebabkan musim hujan di Indonesia tidak merata. Ada daerah yang frekuensi dan curah hujannya tinggi, serta ada pula yang sedang, bahkan rendah sekali.
Untuk menedam gejolak harga, Bulog menggelontorkan cadangan beras pemerintah ke pasar induk dan pasar ritel. Beras ini biasanya merupakan hasil impor dari produsen beras dunia seperti Vietnam, Thailand, Pakistan dan Myanmar.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.