JAKARTA, KOMPAS.TV - Erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat pada Minggu (3/12/2023) setidaknya menelan 23 korban jiwa yang didominasi oleh pendaki.
Terkait hal ini, ahli vulkanologi sekaligus mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono menyebut bahwa Gunung Marapi Sumbar sudah berstatus waspada sejak 2011.
Ia mengakui bahwa hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa mendeteksi kapan gunung api akan erupsi.
Kendati demikian, pemantauan yang dilakukan pada gunung api seharusnya bisa menjadi acuan apakah gunung tersebut berbahaya atau tidak.
Baca Juga: Duka Keluarga Korban Erupsi Gunung Marapi Sumbar
"Kalau prediksi kapan meletusnya, tanggal berapa, jam berapa, itu tidak bisa, bahkan tidak mungkin bisa dengan ilmu pengetahuan apa pun. Tetapi dari pemantauan-pemantauan gunung api itu seperti kita melihat mendung, bahwa itu adalah tanda-tanda mau hujan, bisa terjadi hujan, bisa juga tidak. Tetapi begitu mendung, kita memberi warning, bawalah payung kalau keluar," kata Surono dalam Breaking News Kompas TV, Rabu (6/12/2023).
Gunung Marapi Sumbar yang sudah lama berstatus waspada tersebut, kata Surono, seharusnya tidak ada yang boleh mendekat dalam radius 3 kilometer.
Bahkan, sejak dirinya berhenti menjabat sebagai Kepala PVMBG, pihaknya sudah memberikan peringatan terkait aktivitas di Gunung Marapi Sumbar.
"(Sejak) 2015 saya tinggalkan kantor itu sudah berstatus waspada dan sampai sekarang masih berstatus waspada. Dalam status waspada itu, boleh naik (mendaki-red), tapi jangan masuk dalam radius 3 kilometer," tutur Vulkanologi yang akrab disapa Mbah Rono itu.
"Warning itu, bukan untuk meramalkan kapan letusan gunung api akan terjadi dan berapa intensitas letusannya, bukan untuk itu. Tetapi untuk mengetahui ada suatu tingkat ancaman dan risiko bencananya dan cara mengantisipasinya," lanjutnya.
Baca Juga: Tinggal 1 Pendaki Belum Ditemukan, Tim SAR Terjunkan 50 Personel untuk Sisir Gunung Marapi Sumbar
Menurutnya, jarak radius 3 kilometer itu adalah jarak aman yang harus dipatuhi oleh semua kalangan masyarakat.
"Marapi itu sering meletus, kapan saja, dari dulu, sekarang dan yang akan datang. Cara antisipasinya ya jangan masuk dalam radius 3 kilometer. Di luar (radius 3 km) itu, ya aman-aman saja. Tiga kilometer adalah 'tawaran' Marapi dalam kondisi worst scenario gitu," tegasnya merujuk antisipasi radius tiga kilometer dari puncak Gunung Marapi.
Selain itu, Surono mengungkapkan bahwa tidak adanya pembaruan terkait status Gunung Marapi Sumbar sejak 2011, tidak lantas membuat peraturan tersebut dilanggar.
Ia mengatakan bahwa bencana bisa terjadi kapan saja, terlebih gunung api tidak bisa diprediksi kapan akan erupsi.
"Warning itu sebetulnya ada di setiap Pemda, ada laporan mingguan dan sebangainya dari pos pengamatan bulanan. Di situ kalau ada ancaman, seorang ahli itu mengatakan cara mengantisipasinya. Ancamannya adalah setiap saat letusan dan kapan saja bisa terjadi. Oleh karena itu, boleh masuk, tapi gak boleh dalam radius 3 kilometer, dan itu seharusnya dipegang juga oleh orang yang memberikan izin masuk pendakian," ucap dia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.