JAKARTA, KOMPAS.TV - Save The Children Indonesia mendesak pemerintah untuk mengusut tuntas kasus pemerkosaan anak perempuan 15 tahun di Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Selatan.
Selain itu, Save The Children Indonesia juga menegaskan perlunya korban untuk mendapatkan bimbingan psikologis dan perlindungan.
Penasihat Perlindungan Anak Save The Children Yanti Kusumawardhani juga menegaskan, identitas anak wajib dirahasiakan, baik sebagai penyintas maupun saksi dalam kasus ini.
"Kami mendesak pemerintah dan aparat penegak hukum untuk segera merespons dengan prinsip kepentingan terbaik bagi anak, yang memprioritaskan keselamatan anak," papar Yanti dari rilis yang diterima Kompas.tv, Sabtu (3/6/2023).
Baca Juga: Pakar Tegaskan Kasus Remaja 15 Tahun Disetubuhi 11 Pria Adalah Pemerkosaan, Pelaku Bisa Dihukum Mati
"Memberikan pendampingan psikologi mental, sosial, dan kesehatan yang melekat oleh pendamping yang kompeten sampai pada tahap anak memiliki kesiapan dan keamanan mental dan psikologis di lingkungan sosialnya."
"Mengusut tuntas kasus dan menghukum para pelaku dengan ketentuan hukum yang berlaku."
"Seluruh pihak wajib untuk merahasiakan identitas anak, baik sebagai penyintas atau saksi. Hal ini merupakan bentuk dari menyediakan lingkungan yang aman untuk anak," tandasnya.
Baca Juga: Keji! Gadis ABG di Parimo Diperkosa oleh 11 Pria, 7 Tersangka Kini Telah Ditangkap Polisi
Diberitakan sebelumnya, seorang anak berusia 15 tahun di Parimo diduga diperkosa oleh 11 orang berulang kali pada kurun April 2022 hingga Januari 2023.
Terduga pelaku termasuk kepala desa, guru, hingga personel kepolisian.
Akibatnya, korban mengalami trauma dan gangguan reproduksi hingga terancam menjalani operasi angkat rahim.
"Akibat peristiwa ini, korban mengalami trauma dan saat ini mendapatkan perawatan inap di salah satu rumah sakit di Palu karena masih mengalami sakit di bagian perut," kata Kapolres Parimo AKBP Yudy Arto Wiyono di Palu, Selasa (30/5/2023).
Kabar baiknya, kondisi kesehatan korban yang tengah dirawat di RSUD Undata Palu berangsur membaik. Ada kemungkinan operasi pengangkatan rahim korban dibatalkan.
“Jika perkembangannya terus membaik, tidak jadi dioperasi,” kata Direktur RSUD Undata Palu drg Herry Mulyadi kepada wartawan di Palu, Jumat (2/6/2023), seperti dikutip dari tayangan Kompas TV.
“Tadi dokter yang memeriksa menyampaikan kalau pasien merasakan nyeri kadang-kadang saja. Tetapi jelas perkembangannya cukup bagus,” ujarnya.
Baca Juga: Kronologi Pemerkosaan ABG 15 Tahun oleh 11 Orang di Sulteng yang Libatkan Kades dan Anggota Brimob
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.