JAKARTA, KOMPAS.TV - Komnas HAM meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melaksanakan rekomendasi Komnas HAM soal Tragedi Kanjuruhan yang dirilis pada Rabu (2/11/2022).
Rekomendasi dari Komnas HAM dilandasi potensi hal serupa berulang terjadi di masa depan, seperti halnya peristiwa Hallowen maut di Itaewon, Korea Selatan, beberapa waktu lalu.
"Kita harap kepolisian Pak Kapolri khususnya memastikan rekomendasi ini bisa dijalankan dengan sebaik-baiknya," kata Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik dalam konferensi pers di kantor Komnas HAM, Rabu (2/11/2022), yang disiarkan melalui Breaking News Kompas TV. "Sehingga ada keadilan kepada seluruh korban."
Komnas HAM menyatakan tragedi kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang di Stadion Arema FC sebagai tragedi kemanusiaan.
Baca Juga: Komnas HAM Simpulkan Gas Air Mata Pemicu Utama Kematian Pada Tragedi Kanjuruhan, Bukti di Pintu 13
Kebijakan pengamanan danggap perlu karena potensi tragedi kemanusiaan serupa terjadi, seperti di Kanjuruhan dan di Itaweon.
"Di Korsel itu keramaian lain (tidak seperti kasus Kanjuruhan dengan gas air mata-red). Jadi kalau kita tidak taat asas mengelola atau peristiwa high risk bukan tidak mungkin terjadi peristiwa lagi yang kita sebut tragedi kemanusiaan," katanya.
Dalam kesimpulannya, Komnas HAM menyebut peristiwa Kanjuruhan sebagai pelanggaran HAM yang terjadi akibat tata kelola yang diselenggarakan dengan cara tidak menjalankan, menghormati dan memastikan prinsip dan norma keselamatan dan keamanan.
Baca Juga: 45 Kali Aparat Tembakan Gas Air Mata di Kanjuruhan, 135 Amunisi Diprediksi Terlontar ke Aremania
Berdasarkan hasi akhir temuan investigasi Komnas HAM, aparat dianggap menggunakan kekuatan secara berlebihan, merujuk pada pengamanan dan penggunaan gas air mata.
Kesimpulan itu dibacakan oleh anggota Komisioner Komnas HAM lain, yakni Choirul Anam.
Tragedi Kanjuruhan adalah tragedi kelam 1 Oktober 2022 lalu usai laga antara Arema FC vs Persebaya Surabaya. Dilaporkan, korban meninggal mencapai 135 jiwa, termasuk anak-anak dan perempuan. Ratusan korban lain masih luka-luka dan sampai kini disebut masih banyak trauma.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.