JAKARTA, KOMPAS.TV - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkap Ferdy Sambo kepadanya bersumpah mengaku tidak terlibat dalam kasus tewasnya Brigadir Pol Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Bahkan, Kapolri Jenderal Sigit menyebut, Ferdy Sambo tetap mempertahankan skenarionya saat ditanya olehnya untuk kali kedua.
“Di awal-awal memang saudara FS ini kan menceritakan peristiwa skenario yang terjadi di Duren Tiga, itu kan peristiwa tembak-menembak, dan itu disampaikan ke banyak orang, termasuk saya,” ungkap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam dialog Satu Meja The Forum Spesial 'Siasat Kapolri di Pusaran Kasus Sambo' di KOMPAS TV, Rabu (7/9/2022) malam.
“Sehingga pada saat itu saya tanyakan kepada yang bersangkutan, kamu jujur kamu terlibat atau tidak? Saya tanyakan, dua kali saya tanyakan. Saya sampaikan (kepada FS), karena saya akan proses ini sesuai dengan fakta. Kalau kira-kira peristiwanya tidak seperti itu, ceritakan. Kalau peristiwanya seperti itu, nanti akan kita liat pembuktiannya sesuai fakta,” tutur mantan Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri 2019 ini.
Baca Juga: Dipakai untuk Kasus Brigadir J, Mantan Kabareskrim: Lie Detector Tidak Lagi Digunakan Negara Maju
Kemudian, lanjut Kapolri, seiring berjalannya waktu, muncul kejanggalan-kejanggalan dalam kasus tewas Brigadir J.
Terutama, dari pihak keluarga Brigadir J di Jambi yang mempertanyakan kenapa Brigadir Yosua tidak dimakamkan secara kedinasan.
“Karena (kasus) itu kemudian semakin membesar, sehingga kemudian kita putuskan untuk membentuk timsus. Timsus itu kita libatkan pejabat utama Polri, yang memang langsung saya libatkan Wakalpolri, Irwasum, Kabareskrim serta beberapa tim yang terlibat yang memiliki integritas,” tutur Jenderal Listyo Sigit.
Setelah Timsus dibentuk, Kapolri menuturkan, Ferdy Sambo langsung dinonaktifkan dari jabatannya sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri. Penonaktifan Sambo itu bertujuan agar pemeriksaan Timsus berjalan lancar.
“Karena kami juga mendapatkan informasi-informasi bahwa ada kesulitan dari Timsus untuk bisa bekerja dengan baik,” terang Kapolri.
“Kemudian saya dalami, memang saya mendapatkan informasi bahwa ada upaya untuk menghalang-menghalangi, mengintimidasi, bahkan membuat cerita-cerita di luar yang dilakukan untuk memperkuat skenario yang bersangkutan ke banyak orang lah, kepada orang-orang yang dianggap memiliki pengaruh,” tutur jenderal lulusan Akademi Kepolisian 1991 ini.
Baca Juga: Putri Candrawathi Diperiksa dengan Lie Detector, Ahli: Kurang Efektif Pada Orang Biasa Bohong
Bukan hanya itu, sambung Kapolri, penyidik ketika itu juga merasa takut untuk menangani kasus tewas Brigadir J.
“Penyidik pun saat itu sempat takut, karena ada bahasa-bahasa bahwa mereka semua nanti akan berhadapan dengan yang bersangkutan (Ferdy Sambo). Sehingga dari situ kita putuskan, 25 orang ya, pada saat itu termasuk yang bersangkutan, untuk kita mutasi, demosi, dan kita ganti dengan pejabat yang baru,” ucap Kapolri.
Pencopotan sejumlah pejabat Polri yang terlibat dalam kasus Sambo itu kemudian berimbas pada terungkapnya selubung misteri kematian Brigadir Yosua.
“Alhamdullillah, begitu kita ganti saat itu, proses mulai berjalan lancar, mulai terbuka. Kemudian kejanggalan- kejanggalan yang pada saat itu kita dapat, itu mulai bisa terjawab. Utamanya memang saat itu kita mulai start dari masalah perkenaan atau pun temuan balistik di TKP yang berbeda dengan apa yang disampaikan,” tutur Kapolri.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.