SOLO, KOMPAS.TV - Akademisi dari UIN Raden Mas Said Surakarta, Abraham Zakky Zulhazmi, meminta wali kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mempertahankan kota Solo sebagai kota yang toleran.
Solo mendapat predikat kota toleran 2021 berdasarkan Riset dari Setara Institute berdasarkan sejumlah variabel.
Salah satunya, kata Abraham Zakky Zulhazmi, adalah keberadaaan berbagai agama di kota Solo yang bisa berdampingan, meskipun ada sejumlah catatan dan ada potensi 'konflik' di sana.
“Tugas Gibran, sebagai walikota, adalah mempertahankan 'prestasi' ini. Ia harus bersinergi dengan berbagai kelompok, termasuk dengan perguruan-perguruan tinggi, juga dengan pesantren-pesantren,” jelasnya kepada KOMPAS.TV lewat pesan Whatsapp, Rabu (31/3/2022).
Ia menyebut, salah satu hal penting Bagi Gibran agar Solo jadi kota toleran adalah soal menggandeng kelompok marginal.
“Tak kalah penting, ia juga mesti mengayomi kelompok marginal. Tentu, agar harmoni di Solo dapat terjaga,” imbuhnya.
Pria yang juga Peneliti Pusat Pengkajian Masyarakat dan Pendidikan Islam Nusantara (PPM PIN UIN Surakarta) itu lantas menyebutkan, ada potensi konflik di kota Solo yang harus menjadi catatan dari Gibran.
Abraham Zakky bahkan menyebut, kota Solo masih layak dan menarik untuk ditinggali.
“Dari 2016 saya tinggal di Solo. Meski konflik-konflik kecil kadang terjadi di kota Solo sini, sebetulnya kota ini menarik untuk ditinggali,” tandas dia.
“Saya membayangkan bisa membesarkan anak dengan tenang di sini, juga dapat bekerja dengan nyaman. Pun demikian, potensi intoleransi dan bahkan radikalisme tetap ada. Maka gerakan-gerakan nyata merawat toleransi dan moderasi perlu terus dilakukan, oleh semua pihak di Kota Solo,” imbuhnya.
Baca Juga: Solo Masuk 10 Besar Kota Toleran, Akademisi Ingatkan Hal ini
Dalam laporan Setara Institute, Solo menjadi salah satu dari 10 kota yang memiliki skor toleransi tinggi dan menempati peringkat kesembilan dengan skor 5,783. Lantas, apa alasan Solo termasuk dalam 10 daftar kota toleran di Indonesia?
Seperti diberitakan KOMPAS.TV sebelumnya, Setara Institute menyebut empat variabel dan delapan indikator yang dijadikan alat ukur kota paling toleran dan tidak toleran di Indonesia, di antaranya:
Baca Juga: Riset Setara Institute: Depok Kota Paling Intoleran di Indonesia Tahun 2021
Riset menghasilkan dua daftar, yakni kota paling toleran dan tidak toleran, berdasarkan hasil skor dengan skala 1-7. Berikut daftarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.