YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen di sejumlah daerah di Indonesia membuat Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM Gunadi angkat bicara.
Ia berpendapat, kegiatan PTM 100 persen harus diikuti penerapan 3T (testing, tracing, dan treatment) oleh pemerintah.
“Langkah 3T sebaiknya dilakukan secara acak tetapi rutin,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (24/1/2022).
Menurut Gunadi, 3T rutin dan acak bisa memutus mata rantai penularan Covid-19 termasuk varian Omicron dengan kemampuan penyebaran lebih cepat daripada varian Delta.
Terlebih, gejala umum varian Omicron tidak berat, sehingga sulit diketahui apakah seorang siswa atau guru membawa virus atau tidak.
Baca Juga: Kasus Omicron Meningkat, KPAI Minta Pemerintah Evaluasi Pelaksanaan PTM 100 Persen
“Jangan menunggu ada klaster atau positif baru tracing, ini terlambat,” ucapnya.
Gunadi menilai jika pelacakan (tracing) baru dilakukan saat muncul klaster di sekolah, akan berpotensi menyebarkan virus secara lebih luas dalam keluarga dan menjadi klaster baru.
Mitigasi Covid-19 akan lebih baik jika testing dapat dilakukan secara acak dan rutin.
Ketua Pokja Genetik UGM ini menyadari pendidikan tidak mungkin tidak berjalan. Oleh kerena itu, suatu kebijakan yang dibuat harus memiliki konsekuensi yang dipenuhi pemerintah.
Baca Juga: Senin Besok, SD dan SMP di Depok Gelar PTM 100 Persen Selama 6 Jam Pelajaran
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.