JAKARTA, KOMPAS.TV- Sejumlah partai politik yang mengeluarkan baliho berwajah pimpinan partainya dinilai tidak memiliki simpati terlebih empati terhadap situasi pandemi Covid-19.
Lantaran justru membayar mahal promosi pimpinan partainya melalui baliho, sementara rakyat tengah mengalami kesusahan akibat terdampak pandemi Covid-19.
Demikian Pengamat Politik dari Lingkar Madani Indonesia (Lima Indonesia) Ray Rangkuti mengatakan kepada Kompas.TV, Rabu (11/8/2021).
“Apa yang dilakukan parpol dengan menyebar baliho pimpinan partainya benar-benar jauh dari simpati apalagi empati. Jika seperti ini, bagaimana bisa merasakan apa yang dirasakan oleh rakyat di tengah pandemi,” kata Ray Rangkuti.
Baca Juga: Sindir Elite Parpol Pasang Baliho, PPP Sebut Lebih Baik Fokus Covid-19 daripada Pilpres 2024
“Rakyat sedang mengalami kesusahan, tapi parpol justru keluarkan uang miliar rupiah untuk pimpinan parpolnya tersenyum di baliho saat situasi pandemi. Apakah parpol ingin menunjukkan ini pemimpin di awan-awan yang melakukan jarak dengan rakyat?”
Bagi Ray Rangkuti, perang baliho di sejumlah daerah yang dilakukan partai politik mencerminkan tidak percaya dengan calon yang akan diusungnya di Pilpres 2024. Memang, kata Ray, jika mengacu pada sejumlah hasil survei wajah-wajah yang eksis di baliho angka elektabilitas dan popularitasnya masih satu digit.
“Capres-capres baliho ini umumnya elit-elit partai yang berada di lingkaran kekuasaan dan mereka yang tidak menonjol dengan prestasi di jabatannya,” katanya
“Selain itu, popularitas dan elektabilitasnya juga tidak seperti capres-capres berbasis kinerja yang sudah dua digit menurut survei. Mereka yang ada di baliho itu, popularitasnya masih di bawah 10 persen.”
Atas dasar itu, sambung Ray, besar kemungkinan rendahnya elektabilitas dan popularitas membuat sejumlah parpol akhirnya membuat gerakan menyebar baliho dengan calon pilpresnya hampir di seluruh daerah di Indonesia. Partai politik, kata Ray, memahami masyarakat perlu disentuh secara simbolik melalui baliho-baliho.
Baca Juga: Di Tengah Perang Baliho, Elektabilitas AHY Unggul dari Puan Maharani dan Airlangga Hartarto
“Karena masyarakat kita itu segmentasinya masih ada yang mengenal melalui baliho, belum memprioritaskan kinerja-kinerja. Nah itu dibaca oleh partai politik karena segmentasinya ada dan pasarnya ada,” jelas Ray Rangkuti.
“Bahkan capres yang berkinerja pun nantinya perlu menggunakan baliho, untuk menangkap masyarakat yang segmentasinya mengenal figure masih berdasarkan cara-cara simbolik.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.