KOMPAS.TV - Perebutan medali emas antara ganda putri bulutangkis Indonesia, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu dengan ganda putri Tiongkok, Chen Qingchen/Jia Yifan, hari Senin lalu (2/8/2021) ibarat oase di tengah pandemi bagi rakyat Indonesia.
Kemenangan Greysia-Apriani mengukir kembali tradisi emas Indonesia dari cabang bulutangkis, sekaligus mencetak sejarah baru capaian emas Indonesia di Olimpiade dari sektor ganda putri.
Haru biru atas raihan emas Greysia-Apriani, tak hanya dirasakan kerabat atlet dan insan olah raga nasional tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia.
Setelah emas dari ganda putri, bulutangkis kembali menyumbang medali perunggu lewat kemenangan tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting.
Angkat besi juga kembali melanjutkan tradisi sebagai tambang medali untuk Indonesia di ajang olimpiade.
Di usia yang baru 19 tahun, Windy Cantika lebih dulu menyumbang medali pertama indonesia di Olimpiade Tokyo.
Windy meraih perunggu di kategori angkat besi 49 kilogram putri dengan total angkatan 194 kilogram.
Lima medali yang diperoleh kontingen Merah Putih di Olimpiade Tokyo dari cabang bulu tangkis (2) dan angkat besi (3) menjadi oase bagi bangsa di tengah sulitnya menangani pandemi covid-19 di Indonesia.
Prestasi para atlet Indonesia menembus ajang olah raga paling bergengsi ini ibarat pelita yang mengingatkan pentingnya kerja keras untuk bisa bangkit dari krisis. Terlebih munculnya atlet muda yang berhasil meraih medali.
Pengamat Olah Raga Ian Situmorang menyebutkan jika cabang olahraga yang sudah terbukti selalu menyumbang medali seperti angkat besi, panahan dan bulu tangkis harus lebih mendapat perhatian khusus dan fokus dari pemerintah.
Simak perbincangan kami selengkapnya bersama atlet angkat besi putri peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020, Windy Cantika Aisah, Pengamat Olah Raga Ian Situmorang dan tokoh pemuda yang juga Ketua DPP KNPI, La Ode Umar Bonte.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.