JAKARTA, KOMPASTV - Teror kembali menyasar aktivis. Kali ini, para pegiat antikorupsi dan tokoh yang gencar menyuarakan Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) menjadi sasaran teror digital. Acara konferensi pers daring pada Senin (17/5), tentang pelemahan KPK melalui penonaktifan 75 pegawai, yang diselenggarakan Indonesia Corruption Watch (ICW) dan dihadiri para pegiat antikorupsi dan mantan pimpinan KPK lintas periode, dikacaukan. Sejumlah gangguan, diantaranya panggilan telepon masif dari nomor-nomor tak dikenal, peretasan aplikasi, dan penyusupan peserta “siluman” berlangsung sepanjang acara. Ironisnya, puncak teror terjadi di hari yang sama ketika Presiden Jokowi meminta para pegawai KPK yang tak lolos TWK tidak dipecat.
Ada apa dibalik ini semua?
Jurnalis senior Kompas TV, Aiman Wijaksono, mendatangi kantor ICW untuk melihat bagaimana rentetan teror kerap terjadi saat ICW mengadvokasi KPK. Apa analisa para peneliti ICW terhadap aksi teror ini? Bagaimana pula testimoni para peserta konferensi?
Aiman mewawancarai Nisa Zonzoa, salah satu peneliti ICW, yang mendapat teror saat itu. Akun belanja onlineNisa tiba-tiba diretas dan muncul pesanan makanan bertubi-tubi, saat Nisa sedang memandu konferensi pers. Apa yang kemudian dilakukan Nisa? Aiman juga mewawancarai mantan pimpinan KPK, Saut Situmorang, yang saat itu menjadi peserta konferensi. Bagaimana pendapat Saut yang pernah berkiprah di Badan Intelijen Negara (BIN), terhadap teror dan peretasan, dari sudut pandang intelijen. Apakah ini merupakan upaya pembungkaman terhadap kebebasan demokrasi? Siapa pelakunya? Apa pula kajian ahli forensik digital, Ruby Alamsyah, terhadap peretasan yang tergolong canggih ini? Alat apa yang digunakan dan berapa harganya? Terakhir, sejauh mana peran Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) terhadap serangan digital yang marak terjadi akhir-akhir ini.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.