JAKARTA, KOMPAS.TV – PT Pertamina membantah telah menggusur warga dan mengerahkan Ormas untuk memulihkan aset di Jalan Raya Pasar Minggu KM 15 RT 006 RW 002, Kelurahan Pancoran, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.
Manager Legal PT Pertamina Training and Consulting (PTC) yang merupakan anak usaha PT Pertamina, Achmad Suyudi menegaskan proses pemulihan aset dilakukan sesuai prosedur dan tidak ada cara-cara anarkistis menggunakan ormas tertentu.
Menurut Achmad, proses pemulihan aset yang ditempuh melalui pengamanan dan penertiban aset dari penghuni tanpa hak di lokasi tanah tersebut telah berjalan lebih dari sepuluh bulan.
Bahkan sudah lebih dari 75 persen lahan dikembalikan kepada Pertamina.
Baca Juga: Sengketa Tanah Berujung Bentrok di Pancoran, KontraS: Pertamina Kerahkan Ormas untuk Gusur Warga
Pemulihan aset yang dilakuakan pihaknya ini merujuk pada putusan peninjauan kembali yang diajukan PT Pertamina ke Mahkamah Agung.
Achmad juga menjelaskan, pihaknya telah melakukan sosialisasi pra pelaksanaan pemulihan aset milik Pertamina.
Termasuk membuka posko komunikasi bagi para tokoh dan warga setempat agar mengetahui informasi tentang status lahan yang ditempati.
“Berdasarkan upaya hukum luar biasa yang dilakukan, yakni peninjauan kembali, Mahkamah Agung mengabulkan bantahan perusahaan dan menyatakan bahwa Pertamina adalah pemilik satu-satunya yang sah dari tanah-tanah dan bangunan beserta segala sesuatu yang terdapat di atasnya,” ujar Achmad melalui keterangan tertulis, Kamis (18/3/2021).
Sebelumnya, Wakil Koordinator Kontras Rivanlee Anandar menyebutkan, PT Pertamina sudah terjadi sejak Juli 2020.
Baca Juga: Begini Kronologi Warga Pancoran Bentrok dengan Ormas Versi Kontras
Sepanjang konflik warga dan PT Pertamina itu, perusahaan plat merah tersebut telah melakukan intimidasi dan teror kepada warga di Gang Buntu II Kelurahan Pancoran.
PT Pertamina mengeklaim menguasai lahan di kawasan itu dan hendak menggusur warga setempat dengan cara intimidasi dan teror.
"Semenjak bulan Juli 2020, Warga Gang Buntu II telah mengalami penggusuran yang sebenarnya dinilai cacat pada prosedur hukumnya. Di mana PT Pertamina Persero telah mulai melakukan intimidasi dan teror, secara door to door kepada warga," ujar Rivan kepada Kompas.com, Kamis (18/3/2021).
Baca Juga: Diduga Akibat Persoalan Sengketa Lahan, Dua Kelompok Warga dan Ormas Tawuran
Rivan menambahkan, puncak konflik terjadi pada 15 Januari 2021 lalu. PT Pertamina disebut menggunakan bantuan dari oknum ormas berseragam lengkap dan preman yang membawa palu penghancur, gergaji mesin, serta satu unit ekskavator.
"Pada kejadian tersebut, ekskavator yang dikawal oleh oknum dan preman yang berjumlah kurang lebih 30 orang dengan atribut lengkap hendak meratakan lapangan yang biasa digunakan oleh sebagian anak muda bermain skateboard beserta satu empang pemancingan milik salah satu warga," ujar Rivan.
"Anggota oknum yang dikerahkan membantu PT Pertamina untuk menggusur merupakan anggota-anggota ormas dari luar wilayah warga,”sambung Rivan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.