JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat penerbangan Budi Mulyawan Suyitnyo menyebut bahwa usia pesawat bukan jaminan keselamatan penerbangan. Namun ada sejumlah faktor yang memengaruhi keselamatan penerbangan.
Dia mengatakan bahwa usia pesawat hanya salah satu faktor, tapi juga ada faktor lainnya yang lebih berisiko. Yaitu jumlah jam terbang dan jumlah pendaratan suatu pesawat.
Hal tersebut juga berkaitan dengan gejala korosi dan fatigue atau kelelahan metal yang bisa terjadi pada setiap pesawat.
Baca Juga: Pengamat: Elevator Sriwijaya Air Diduga Copot, Pilot Tak Bisa Berbuat Banyak, Waktunya Cuma 2 Menit
"Kombinasi antara korosi dan fatigue itu sangat yang sangat membahayakan penerbangan," ujarnya saat wawancara dengan KOMPAS TV, Senin (11/1/2021).
Budi mencontohkan, di Jepang pernah terjadi kecelakaan pesawat yang terbilang baru, yakni Boeing 747.
Penerbangan rute Tokyo - Osaka itu mengalami kecelakaan fatal karena konstruksi di bagian belakang kabin pecah karena banyak sekali melakukan pendaratan.
"Jadi walaupun usianya belum melebihi 20 tahun, tapi karena jarak yang dilayani adalah Tokyo - Osaka ini sudah melebihi 18 ribu fligh dan ini sangat tinggi buat Boeing 747," katanya.
"Nah, ini suatu kecelakaan yang menunjukkan ada kelelahan metal atau fatigue," sambung Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan periode 2007 - 2009 itu.
Karenanya, setiap pesawat memang harus diperlakukan khusus dan regulasinya juga sangat ketat. Hal tersebut guna menghindari kelalaian perawatan pesawat.
"Jadi pesawat yang sangat baru pun bisa saja mengalami kelalaian perawatan. Oleh karena itu ada pengawasan untuk meyakinkan bahwa perawaan itu telah dikerjakan," jelas Budi.
Baca Juga: Diancam Dipolisikan, Ali Ngabalin Minta Maaf Posting Foto Terkait Pesawat Sriwijaya Air akan Jatuh
Diketahui belum lama ini telah terjadi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, pada Sabtu sekitar pukul 14.40 WIB atau 4 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kecelakaan tersebut. Pesawat mengangkut 62 orang, yang terdiri dari 12 kru, 40 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi.
Pesawat Sriwijaya Air dengan rute Jakarta - Pontianak itu sempat keluar jalur yakni menuju arah barat laut pada pukul 14.40. Pihak Air Traffic Controller (ATC) kemudian menanyakan pilot mengenai arah terbang pesawat.
Namun, dalam hitungan detik, pesawat dilaporkan hilang kontak dan jatuh ke Perairan kepulauan Seribu.
Baca Juga: 17 Kantong Jenazah dan 53 Sampel DNA Korban Sriwijaya Air Sudah Diterima RS Polri
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.