JAKARTA, KOMPAS.TV - Makanan laut dari Jepang menjadi salah satu primadona bagi masyarakat Indonesia. Usai Jepang membuang limbah nuklir ke laut, muncul pertanyaan seberapa aman makan makanan laut dari Jepang.
Diketahui, pembuangan air limbah nuklir dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima telah dimulai pada Kamis (24/8/2023). Air limbah nuklir yang dibuang sebanyak 1,34 juta ton.
Limbah tersebut berasal dari pendingin reaktor pabrik yang rusak akibat tsunami 2011 lalu, dan dibuang lantaran tangki-tangki penampung limbah sudah penuh.
Baca Juga: Jepang akan Buang Limbah Nuklir Fukushima ke Laut Besok Kamis, Berbahayakah?
Jepang sudah merancang sistem penyaringan guna mengurangi tingkat radioaktivitas pada air limbah nuklir itu. Namun demikian, banyak pihak yang menentang hal tersebut.
Salah satunya pemerintah China dan Hongkong yang mengancam akan membatasi masuknya makanan laut dari Jepang. Mengapa demikian? Apakah makanan laut dari Jepang berbahaya?
Pakar bidang limbah radioaktif Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Susetyo Hario Putero menjelaskan, air limbah nuklir yang dibuang ke laut sudah tidak berdampak radiasi.
Pasalnya, air limbah tersebut sudah diolah menggunakan teknologi Advanced Liquid Processing System (ALPS). Pembuangan itu juga mendapatkan izin dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
“Mestinya demikian (kalau sudah dapat izin dari IAEA), makanan laut dari Jepang aman dikonsumsi,” kaya Susetyo, Jumat (25/8/2023).
Susetyo memaparkan, izin dari IAEA ini diberikan setelah dilakukan analisis terhadap keselamatan dan proteksi radiasi berdasarkan pengambilan data.
Data menunjukkan bahwa air limbah nuklir dari PLTN Fukushima sudah konsisten dengan standar keselamatan internasional. IAEA menyatakan bahwa dampak radiologis terhadap manusia dan lingkungan dapat diabaikan.
Baca Juga: Korea Utara Ngamuk, Jepang Bakal Buang Air Limbah Nuklir Fukushima ke Laut, Disebut Tak Manusiawi
Hasil pengukuran tingkat radioaktif pada air limbah nuklir menunjukkan tingkat radiasi di bawah batas berbahaya. Seiring berjalannya waktu, aktivitas radioaktif juga akan turun.
Atas hal itu, Susetyo mengatakan bahwa air laut yang terkena pembuangan limbah nuklir pun aman bagi Indonesia.
“Logikanya, radioaktivitas yang sampai di Indonesia melalui jalur laut akan lebih kecil lagi dari hasil pengukuran di Fukushima,” jelas dia, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Meski demikian, Susetyo mengusulkan agar Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengawasi dan mengkaji lebih lanjut terkait risiko dan dampak pembuangan air limbah nuklir di perairan Indonesia.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.