Oleh: dr. Joses Prima, saat ini praktik sebagai dokter umum di RS Natar Medika Lampung
JAKARTA, KOMPAS.TV - Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Virus ini memiliki empat jenis atau "serotipe" yang berbeda: DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4.
Menariknya, jika seseorang terinfeksi oleh satu jenis, mereka akan kebal seumur hidup terhadap jenis itu, tapi hanya mendapat perlindungan sementara terhadap jenis lainnya.
Nyamuk Aedes Aegypti umumnya berukuran kecil dengan tubuh berwarna hitam pekat, memiliki dua garis vertikal putih di punggung dan garis-garis putih horizontal pada kaki. Nyamuk ini aktif terutama pada pagi hingga sore hari, meskipun kadang-kadang mereka juga menggigit pada malam hari. Mereka lebih sering ditemukan di dalam rumah yang gelap dan sejuk dibandingkan di luar rumah yang panas.
Gejala DBD bisa beragam, dari yang ringan hingga berat. Biasanya dimulai dengan demam tinggi (di atas 38,5°C), sakit kepala, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, dan kadang muncul ruam. Penyakit ini memiliki tiga fase: fase demam (2-7 hari), fase kritis (24-48 jam), dan fase pemulihan.
Dan pemeriksaan diagnostik laboratorium, seperti pemeriksaan darah lengkap (hematologi), pemeriksaan NS1 dan IgG/IgM dan yang lainnya, memainkan peran penting dalam mendukung diagnosis dini, manajemen klinis yang tepat, dan pengendalian penyebaran penyakit ini. Artikel ini bertujuan untuk menyoroti pentingnya pemeriksaan diagnostik laboratorium dalam penanganan DBD.
Baca Juga: Siklus DBD Semakin Berubah, Kekebalan Imun Kini Jadi Kunci Kurangi Risiko Kematian
Untuk mendiagnosis dan menangani DBD dengan tepat, dokter mengandalkan beberapa pemeriksaan laboratorium penting:
1. Pemeriksaan Darah Lengkap: Ini adalah tes utama untuk DBD. Dokter akan mencari penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) di bawah 100.000/mm³, yang merupakan ciri khas DBD. Mereka juga memperhatikan peningkatan sel darah merah (hemokonsentrasi) yang menunjukkan kebocoran plasma, serta penurunan sel darah putih (leukopenia).
2. Tes NS1 Antigen: Tes cepat ini bisa mendeteksi virus dengue dalam 1-7 hari pertama setelah gejala muncul. Tingkat akurasinya cukup tinggi, dengan sensitivitas 54-93% dan spesifisitas 95-100%.
3. Pemeriksaan Antibodi (IgM dan IgG): IgM biasanya terdeteksi 3-5 hari setelah gejala muncul, sementara IgG muncul setelah seminggu. Rasio IgM/IgG membantu dokter membedakan antara infeksi pertama dan kedua.
4. PCR (Polymerase Chain Reaction): Ini adalah tes paling akurat untuk mendiagnosis dan menentukan jenis virus dengue, terutama di awal infeksi.
5. Tes Fungsi Hati dan Pembekuan Darah: Pada kasus DBD yang lebih serius, dokter mungkin memeriksa enzim hati (AST dan ALT) serta kemampuan darah untuk membeku (PT dan aPTT).
Semua pemeriksaan ini membantu dokter dalam mendiagnosis DBD dengan cepat, menilai tingkat keparahan penyakit, memantau perkembangannya, mendeteksi komplikasi seperti syok, dan menentukan pengobatan yang tepat.
Penanganan DBD yang paling penting adalah manajemen cairan yang tepat, terutama saat fase kritis. Dokter akan memantau dengan ketat pemberian cairan intravena untuk mencegah kelebihan cairan yang bisa menyebabkan masalah paru-paru.
Baca Juga: Jumlah Kasus DBD Sedunia Naik Signifikan Tahun 2024, Indonesia Catat Hampir 120. 000 Kasus
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya pemeriksaan laboratorium ini, diharapkan masyarakat akan lebih waspada dan segera mencari pertolongan medis jika mengalami gejala DBD. Deteksi dan penanganan dini sangat penting untuk menurunkan risiko komplikasi serius dan kematian akibat DBD.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.